Senin, 06 Mei 2013

Renungan Pagi, Senin 6 Mei 2013


“Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat, aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata : “Mari!”  Dan aku melihat : sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama MAUT dan kerajaan maut mengikutinya.  Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang dibumi.” (Wahyu 6:7,8).

Meterai ini adalah yang ketiga dalam seri malapetaka yang semakin besar.  Bahasa yang digunakan adalah harfiah, berbicara tentang perang, kelaparan, dan wabah, hal ini juga menggambarkan menurunnya kerohanian mereka secara  berangsur-angsur yang menolak Injil.  Menolak Firman adalah seperti memindahkan sinar matahari dan air dari lingkungan sebuah tanaman.  Tidak ada yang dapat tumbuh tanpa air dan sinar matahari.

Seorang teman baru-baru ini mengerjakan suatu proyek yang sulit, sebuah kandang di halaman belakang rumahnya.  Ruang itu benar-benar memerlukan perbaikan.  Satu temboknya hampir rubuh, sarang laba-laba bergantungan di mana-mana, dan lantainya hampir benar-benar busuk.  Tempat itu dipenuhi berbagai macam sampah.  Yang pertama dilakukan adalah menyingkirkan semua sampah dan menghancurkan dinding yang hampir hancur tadi.  Setelah selesai, Jim harus memutuskan apakah dia harus membongkar lantai yang hampir busuk karena tidak dipelihara selama bertahun-tahun itu.

Pembongkaran lantai tadi membuka lapisan tanah di bawah kandang.  Jim terkejut dengan keadaan “kematian” yang terjadi di tanah setelah beberapa puluh tahun.  Tanah itu berubah menjadi bentuk debu. Karena tidak mendapatkan kelembapan atau sinar matahari dalam waktu yang lama, tanah itu tidak memiliki tanda-tanda kehidupan sama sekali.  Satu-satunya yang hidup di sana adalah sejenis serangga yang mengerikan, yang berjalan ke sana kemari di antara debu tanah.

Kehidupan rohani kita juga akan menurun cepat jika tidak dipelihara dengan air dan Firman Allah dan cahaya matahari dari kasih Allah.  Hasil akhir dari kelalaian rohani ini adalah kehidupan yang dipenuhi dengan “serangga-serangga” dan kekeringan pengharapan.  Akan tetapi kerohanian kita dapat tumbuh ketika kita membuka diri kita kepada Allah dan Firman-Nya.  Pembaruan rohani artinya mencabut semua lantai dosa yang memisahkan kita dari Allah dan menghancurkan dinding ketidakpercayaan dan gangguan yang menghalangi Anak Allah bercahaya ke dalam hidup kita.  Dia yang menciptakan dunia ini, dapat membawa kehidupan, bahkan kepada mereka yang telah mati secara rohani.

Tuhan, hari ini aku memilih untuk membuka diriku kepada cahaya dan air dari kehadiran-Mu.  Tolong buangkan segala penghalang rohani dari kehidupan dan isi aku dengan Firman-Mu yang menyegarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar