Selasa, 07 Mei 2013

Renungan Pagi, Selasa 7 Mei 2013


“Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat….Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk MEMBUNUH DENGAN PEDANG, DAN DENGAN KELAPARAN DAN SAMPAR, DAN DENGAN BINATANG-BINATANG BUAS YANG DI BUMI” (Wahyu 6:7,8).

Kunci latar belakang Perjanjian Lama kepada keempat kuda dalam Wahyu 6 adalah tentang janji berkat dan kutuk.  Tetapi kita juga menemukan latar belakang tambahan di Perjanjian Baru.  Wahyu 6 memiliki persamaan yang kuat dengan apa yang disebut para ahli Ringkasan Wahyu (Synoptic Apocalypse), kumpulan khotbah Yesus tentang akhir zaman akhir yang dicatat dalam Markus 13, Matius 24, dan Lukas 21.  Dengan demikian, ketiga pasal ini membentuk latar belakang utama dari Perjanjian Baru untuk Wahyu 6.

Dalam Ringkasan Wahyu, Yesus bergerak maju melalui sekumpulan kejadian yang akan menggolongkan seluruh masa Kekristenan mulai dari salib sampai kedatangan Yesus kedua kali.  Kejadaian ini termasuk peperangan dan kabar-kabar perang.  Gempa bumi, kelaparan, dan wabah penyakit yang akan menyerang segala tempat.  Krisus juga berbicara tentang penipuan, penganiayaan, dan akhir klimaks sesuai tanda-tanda surgawi.  Semua tema ini muncul dalam Wahyu 6.  Pesan utamanya adalah bahwa Allah memegang kendali sejarah, sekalipun keadaan buruk turut menimpa umat-Nya.  Jalan sejarah manusia adalah akibat dari meterai yang dibuka oleh Anak Domba Allah.

Satu kali setelah saya selesai mengajar tentang Wahyu 6, seorang anak muda,yang kelihatan kesal, datang bertanya kepada saya.  Anak ini sulit mengerti bahwa Tuhan memegang “kendali” sejarah manusia.  Setelah beberapa saat berdiskusi, dia akhirnya mengungkapkan bahwa sewaktu remaja, dia telah menyaksikan pembunuhan terhadap saudara laki-lakinya.  Kejadian mengerikan ini membekas dalam dirinya dan mempengaruhi cara pandangnya terhadap Allah.  Dia merasa Allah sebenarnya dapat dan seharusnya campur tangan dalam kejadian itu.  Tetapi karena Allah tidak mencegah hal itu terjadi, anak muda ini marah kepada Tuhan dan percaya bahwa Allah tidak memiliki kuasa untuk menolong saudara laki-lakinya itu.

Saya menyatakan kebutuhannya untuk mengerti ilmu keagamaan dalam hal kematian saudaranya ini.  Saya menunjukkan bahwa untuk beberapa orang, pemikiran bahwa Allah tidak memiliki kuasa untuk campur tangan akan lebih menakutkan daripada pemikiran bahwa Allah memiliki kuasa itu, tetapi Dia memiliih untuk tidak menggunakannya.  Di permukaan, dunia ini seperti hilang kendali.  Tetapi pesan dalam Wahyu 6 dan Ringkasan Wahyu adalah, bahwa dalam masa yang paling kacau sekalipun, Tuhan tetap memerintah dan akan mengembalikan semuanya menjadi baik pada waktunya.

Tuhan, aku percaya kepada pertimbangan dan pemilihan waktu yang Engkau tetapkan.  Tolong aku memiliki iman di dalam Tuhan, bahkan pada saat aku berpikir bahwa seharusnya Engkau ikut campur tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar