Sabtu, 18 Mei 2013

Renungan Pagi, Sabat 18 Mei 2013


“Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit.  Ia membawa METERAI ALLAH YANG HIDUP; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya : ‘Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami MEMETERAIKAN HAMBA-HAMBA ALLAH KAMI pada dahi mereka!” (Wahyu 7:2,3).

Kata pemeteraian di dalam Perjanjian Baru memiliki beberapa makna. Yang pertama dan terutama, Anda bisa memeteraikan sebuah dokumen untuk melindunginya dari kerusakan. Anda bisa melakukan hal yang sama dengan sebuah makam atau sel penjara. Saat Anda memeteraikan sebuah dokumen atau tempat, Anda sedang menutupi sesuatu atau seseorang. Misalnya di dalam Alkitab mencakup makam Yesus (Mat. 27:66); gulungan kitab surgawi (Why. 5); serta pemenjaraan Setan di jurang tak berdasar (Why. 20:3).

Yang kedua, pemeteraian dapat menjamin bahwa seseorang atau sesuatu itu dapat diandalkan. Surat-surat bersertifikasi memiliki meterai yang mengindikasikan bahwa informasi yang ada di dalamnya dapat dipercaya atau telah disampaikan tanpa dirusak (bnd. Yoh. 3:33; 6:27; Rm. 15:28; 1 Kor. 9:2).

Yang ketiga, pemeteraian bisa mengindikasikan bahwa Allah telah menerima seseorang. Tuhan tahu siapa milik-Nya, dan Dia mengaruniai mereka Roh Kudus (2 Tim. 2:19; 2 Kor. 1:22; Ef. 1:2; 4:30). Oleh karena itu, pemeteraian dikaitkan dengan penyunatan pada abad pertama (Rm. 4:11), dan yang kedua dengan baptisan. Pemeteraian dalam Wahyu 7 terjadi sebelum penutupan pintu kasihan. Dari sudut pandang Yohanes, pemeteraian mencakup hubungan umat dengan Allah di zaman akhir. Dalam arti lebih luas, pemeteraian menyatakan umat berkenan kepada Allah. “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” (2 Tim. 2:19). Jadi, Perjanjian Baru tidak membatasi konsep pemeteraian pada zaman akhir. Namun di dalam Wahyu 7, pemeteraian muncul dalam latar zaman akhir. Pengabaran Injil yang terakhir menghasilkan pada suatu hari besar pemeteraian.

Umat Kristen perlu melakukan penelitian mendetail terhadap Kitab Suci agar memahami jalan-jalan Tuhan.  Kita hidup di zaman di mana banyak orang tidak memiliki kesabaran untuk mendalami Alkitab, karena merasa tidak memiliki kegunaan atau hasil yang cepat kelihatan. Namun penelitian seperti itu dapat memberikan sukacita yang besar. Seandainya orang-orang Kristen ingin memahami perkara-perkara Tuhan yang mendalam, mereka harus sesekali melakukan studi secara mendetail, sekalipun kita tidak segera tahu apakah itu berguna atau tidak. Namun pahala jangka panjangnya untuk studi-studi semacam itu adalah pemahaman gambaran keseluruhan yang dapat mengubahkan segala yang Anda baca di dalam Alkitab.

Tuhan, terima kasih atas kedalaman tantangan yang terkandung dalam Firman-Mu. Semangati aku menerima tantangan itu dan membukakan pikiranku untuk memahami betapa dalamnya hikmat-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar