Selasa, 21 Mei 2013

Renungan Pagi, Selasa 21 Mei 2013


“Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu : SERATUS EMPAT PULUH EMPAT RIBU YANG TELAH DIMETERAIKAN DARI SEMUA SUKU KETURUNAN ISRAEL.” (Wahyu 7:4).

Wahyu 7:4-8 menggemakan pasal-pasal Perjanjian Lama yang menghitung jumlah balatentara Israel.  Ke-144.000 orang itu adalah balatentara zaman akhir Allah.  Namun itu adalah suatu bentuk balatentara yang berbeda.  Balatentara itu tidak meraih kemenangan dengan cara memaksakan kehendaknya atas orang lain. Sebaliknya, model peperangan Kristiani adalah Anak Domba yang telah disembelih (Why. 5:6).  Orang-orang Kristen menang bukan oleh kepintaran atau kekuatan manusia, tetapi oleh darah Anak Domba (Why 12:11). Dengan kata lain, kemenangan Kristiani diperoleh melalui kelemahan, bukannya kekuatan (lihat 2 Kor. 12:7-10).

Aleksander Solzhenitsyn bertahun-tahun menentang para penawannya di Gulag Soviet.  Dia berusaha memperoleh  hak atas jadwalnya, makanannya, dan perkara-perkara lain.  Tapi ketika dia menjadi Kristen, dia pun meninggalkan upayanya itu.  Maka dia pun “terbebas dari kekuasaan penawannya.”

Seorang pemimpin Hizbullah bereaksi kaget ketika Bruder Andrew menawarkan menukar nyawanya dengan nyawa seorang tahanan.  Pejabat  Muslim tersebut belakangan menjadi sahabat Bruder Andrew.  Namun mengamati  tiadanya komitmen di kalangan kebanyakan orang Kristen, belakangan dia protes, “Andrew, kalian orang-orang Kristen….tidak mengikuti kehidupan Yesus lagi.  Kalian harus kembali kepada Kitab Suci, Perjanjian Baru.”  Yang dia maksud adalah bahwa ajaran Yesus mencakup mengasihi musuh-musuh kita, sesuatu yang tidak dirasakan pemimpin Hizbullah itu dari orang-orang Kristen, sampai ia bertemu Bruder Andrew.

Suatu balatentara menuntut adanya kerja sama yang erat agar pada sukses.  Jadi kehidupan kita bersama sebagai orang-orang Kristen adalah bagian yang penting dari kesaksian kita.  Kesejatian pengalaman kita terungkap di dalam cara kita saling memperlakukan satu sama lain (Yoh. 13:35).

Balatentara harus bersiap untuk menyerang dan bertahan.  Kadang seorang tentara Kristen tidak dapat berbuat lebih selain bertahan melawan rencana jahat Iblis (Ef. 6:11-14).  Tetapi Allah juga mengaruniakan senjata penyerang bagi orang-orang Kristen : Pedang Roh, yaitu Firman Allah (ayat 17).

Oleh karena itu, kita dipanggil untuk berbuat lebih daripada sekadar beribadah dan saling memberi dorongan satu sama lain dalam lingkup gereja, mencari yang hilang untuk kembali.  Ke-144.000 orang membawa kabar baik keselamatan ke luar dinding-dinding gereja kepada masyarakat.  Namun Wahyu menjelaskan bahwa setiap “serangan” terjadi dalam kelemahan.  Percaya pada kekuatan dan kehadiran Tuhan akan menyelematkan kita.

Tuhan, aku berharap aku lebih berani dalam bersaksi.  Tidak ada yang harus aku takutkan, karena jalan-Mu mengarah kepada kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar