Minggu, 5 Mei 2013
NABI YANG TIDAK MENURUT (YUNUS 1)
Tidak banyak
yang diketahui tentang Yunus atau latar belakang keluarganya. 2 Raja-raja
14:25 mengatakan bahwa dia hidup di bagian utara Israel dan melayani selama
abad delapan S.M. Ayat yang sama menunjukkan bahwa Yunus memperkirakan
penambahan wilayah dari kerajaan Israel.
Niniwe secara
sejarah adalah satu dari tiga kota besar di Asyur, kota penting yang terletak
di sekitar Sungai Tigris. Karena Allah adalah Allah untuk semua bangsa dan
semua manusia bertanggung jawab kepada-Nya (Amos 12), Dia mengutus hamba-Nya Yunus untuk
memperingatkan kehancuran orang Niniwe akan datang. Perintah Allah tercatat
dalam Yunus 1:2 untuk "Berseru terhadap mereka" dapat juga diartikan
"berseru untuk itu."
Kekejaman Asyur
sudah terkenal. Satu abad kemudian, nabi Nahum menyebut Niniwe sebagai
"kota berdarah... penuh dusta dan perampasan" (Nah. 3:1). Yunus diutus
untuk menyampaikan pesan Allah kepada orang-orang seperti itu. Di antara hal
yang lain, mungkin takut terhadap orang Asyur yang di- benci yang membuat Yunus
bersikap seperti itu. Ketika disuruh Allah untuk mengadakan perjalanan ke timur
ke arah Niniwe, dia menolak dan mencoba melarikan diri ke barat melalui kapal
ke Tarsus.
Awalnya,
semuanya berjalan dengan baik, tetapi ketika Allah mengirimkan badai yang
besar untuk mengajar hamba-Nya sebuah pelajaran bahwa tidak ada yang dapat
bersembunyi dari Allah.
Yunus lari dari
Allah karena dia tidak mau melakukan kemauan Allah. Bahkan sekarang
orang-orang memiliki alasan yang banyak untuk mencoba melarikan diri dari
Allah. Beberapa orang melakukannya karena tidak mengenal Allah secara pribadi.
Yang lain menolak bahkan gambaran akan Allah dan Firman-Nya; sementara motivasi
mereka berbeda, dalam banyak hal mereka melakukannya supaya tidak merasa
bersalah akan jalan yang mereka hidupkan. Akhirnya, jika tidak ada kekuatan yang lebih tinggi untuk
menjawab, mengapa tidak melakukan apa saja yang kamu inginkan? Ada, bahkan
orang Kristen yang menghindari Allah ketika Dia memanggil mereka untuk melakukan
sesuatu yang mereka tidak ingin lakukan, sesuatu yang menentang sifat egois
dan penuh dosa.
Baca Mazmur
139:1-12. Apakah pekabaran mendasar bagi kita di sana? Perasaan seperti apakah
yang timbul dalam dirimu oleh karena dasar kebenaran ini? Atau melihat hal itu
dengan cara ini: Kita percaya bahwa Allah tidak hanya melihat semua yang kita
lakukan tetapi bahkan mengetahui pikiran kita. Apakah kita menghidupkannya
dengan kesadaran yang terus menerus atau kita cenderung untuk mencoba dan mengotori
pikiran kita? Atau mungkin, kita begitu terbiasa kepada pemikiran di mana kita
tidak begitu memberikan perhatian atasnya? Apa pun alasannya, seberapa
berbedakah tindakanmu jika setiap saat, kamu harus tanggap kepada fakta bahwa
Allah mengetahui semua pikiranmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar