Selasa, 30 April 2013

Renungan Pagi, Selasa 30 April 2013

“Muka aku melihat ANAK DOMBA ITU MEMBUKA YANG PERTAMA DARI KETUJUH METERAI ITU, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh : ‘Mari!’ Dan aku melihat : sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota.  Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan” (Wahyu 6:1,2)

Jelas bahwa Wahyu 6 dibangun berdasarkan latar dalam pasal 5.  Anak Domba mengambil gulungan kitab dalam pasal 5 dan mulai membuka meterai-meterainya dalam pasal di atas.  Namun timbul pertanyaan : Apakah meterai-meterai itu isi kitab tersebut ?  Penting menjawab pertanyaan ini untuk memahami pasal ini.

Jika kitab ini menyerupai gulungan, seperti penggiling adonan, meterai-meterai berada di bagian luar “kitab” dan harus dirusak sebelum seseorang bisa membaca kitab tersebut.  Jika kitab itu menyerupai codex (seperti buku sekarang), dengan lembaran-lembaran kertas dijilid pada satu sisinya, lalu merekatkan kitab menjadi tujuh bagian yang bisa dibuka pada satu waktu.

Walaupun bangsa Romawi menciptakan bentuk codex kurang lebih pada waktu penulisan kitab hingga saat ini.  Namun demikian, orang-orang Kristen, segera beralih pada bentuk yang baru.  Dari sekitar seratus atau lebih manuskrip-manuskrip awal Perjanjian Baru (saat ini hanya ada dalam bentuk fragmen), hanya empat di antaranya berbentuk gulungan kitab.

Mengapa orang-orang Kristen beralih pada bentuk codex untuk Alkitab mereka ?  Mungkin disebabkan oleh keempat Injil.  Orang-orang Kristen ingin memasukkan keempat-empatnya ke dalam dokumen yang sama. Sebuah gulungan kitab akan terlalu besar untuk ditangani, tetapi Anda bisa memasukkan keempat Injil ke dalam satu codex dengan mudah.  Jadi tidak lama setelah zaman Kitab Wahyu, orang-orang Kristen beralih ke bentuk codex.

Apakah kitab yang sedang dibuka meterainya ini dalam bentuk gulungan kitab ataukah codex ? Yohanes tidak meninggalkan keragu-raguan. Dalam Wahyu 6:14 dia mengatakan, “Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung.”  Kata untuk “menyusut” adalah kata yang sama dengan kata yang digunakan untuk gulungan kitab yang dimeterai dalam pasal 5.  Oleh karena itu, gulungan kitab yang dimeterai itu jelas-jelas bukan sebuah codex.  Dalam hal gulungan kitab, Anda harus membuka seluruh meterai-meterainya sebelum membaca isinya.  Karena penulis menghubungkan peristiwa-peristiwa di dalam Wahyu 6 dengan pembukaan meterai, mereka tidak dapat menggambarkan isi gulungan kita itu, tetapi hal-hal yang harus terjadi sebelum gulungan kitab itu dapat dibuka.

Tuhan, sungguh luar biasa dapat memahami kedalaman Firman-Mu dengan lebih baik.  Bantu aku memercayai Engkau sekalipun aku tidak mengerti.

Senin, 29 April 2013

Renungan Pagi, Senin 29 April 2013

“Maka aku melihat ANAK DOMBA ITU MEMBUKA YANG PERTAMA DARI KETUJUH METERAI ITU, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh “Mari!”(Wahyu 6:1).

Saya selalu beranggapan, ide bagus menyimpan uang tunai tambahan untuk keadaan darurat.  Walaupun berbahaya menyimpan uang tunai dalam jumlah besar, karena mungkin akan mengundang pencuri, dengan itu kita mengambil resiko demi uang beberapa ratu dolar yang bisa didapat dengan mudah melalui pemberitahuan singkat.  Saya selalu menyimpan amplop di meja tulis saya, di lemari es, di laci meja rias, dan di beberapa tempat lain.

Suatu hari saya pulang ke rumah dari perjalanan yang cukup jauh, perlu mengisi kembali dompet saya agar dapat membayar beberapa tagihan yang telah menumpuk karena saya tidak berada di rumah.  Saya pergi ke tempat saya menyipan amplop dan mengeluarkannya.  Ada yang tidak beres.  Tidak seperti biasanya, tebal dengan pecahan lima dan satu dolar dan pecahan yang lebih besar.  Ketika saya membuka amplopnya, bentuk serta warna isinya membuat saya terkejut.

Bukannya uang, tapi beberapa catatan kecil di dalamnya.  Yang satu berbunyi “20 dolar untuk hadiah ulang tahun. “  Yang lain bunyinya, “15 dolar untuk pesan pizza.”  Dan yang ketiga berbunyi “3 dolar untuk menyewa video.” Anda pasti tahu.

“Apakah ini ?” tanya  saya.
“Oh, itu IOU (catatan pinjaman), ‘begitu jawabannya.  “Jangan khawatir bagiku itu sama baiknya dengan uang tunai!”
Tepat !
Tidak perlu dikatakan lagi, saya menegur anak-anak saya karena raibnya uang “saya” itu.  Tanggapan mereka menarik.  “Yah, itu bukan uang Ayah.  Itu uang kami.  Kami butuh untuk membeli barang-barang.”

Anda lihat, anak-anak saya baik-baik saja hidup dari pendapatan ayah mereka.  Saya tergoda merasakan bahwa mereka telah memanfaatkan saya, tetapi saat saya merenungkannya sesaat, saya sadar bahwa alasan mereka ada benarnya juga.

Pengalaman saya mengilustrasikan hal yang sama dengan Kitab Wahyu.  Karena salib, Anak Domba dapat membuka gulungan kitab dan menyediakan segala yang dibutuhkan untuk menebus dunia ini.  Saya tidak perlu membayar apa pun untuk memperoleh keselamatan, tapi bagi Dia harganya adalah nyawa-Nya.  Dalam satu pengertian, “Uang-Nya adalah uang kita juga.”  Sungguh menyenangkan rasanya jadi anak Raja.

Tuhan, tolong aku untuk mengingat segala yang kumiliki adalah karunia dari-Mu, buah dari pengorbanan-Mu di kayu salib.

Minggu, 28 April 2013

Renungan Pagi, Minggu 28 April 2013

“Maka aku melihat ANAK DOMBA ITU MEMBUKA YANG PERTAMA DARI KETUJUH METERAI ITU, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!" (Wahyu 6:1)

Keempat penunggang kuda menggambarkan tentang kengerian perang, kelaparan dan wabah penyakit. Bahasa yang digunakan seperti kembali kepada Imamat 26, Ulangan 32, yang memberitahukan ketiga wabah di antara sejumlah hukuman yang diberikan Tuhan, apabila melanggar hukum Musa. Dalam Wahyu 6 dijelaskan akibat dari penolakan kepada Yesus dan kepada keselamatan yang telah disediakan-Nya.

Di negara-negara barat, keadaan seperti kelaparan dan wabah penyakit sepertinya jarang terjadi. Hal ini biasanya terjadi pada sudut-sudut dunia yang diliputi “kegelapan”. Kalau saja kita dapat mengerti dengan jelas kengerian yang digambarkan dalam penglihatan ini, saat pertama kali dituliskan mungkin perlu memikirkan perumpamaan lain yang lebih cocok untuk hal ini.

Waktu saya berumur 17 tahun, saya mulai bekerja pada sebuah perusahaan agen sementara. Tugas saya untuk menurunkan 1.100 pintu dari mobil boks, bersama beberapa orang. Kebanyakan tenaga kerja di kantor agen ini terdiri dari “pemabuk” dan “anak-anak kuliah”. Teman kerja di mobil boks saya terdiri dari orang-orang ini. Yang satu berumur 35 tahun dan yang lain berumur 47 tahun. Keduanya mulai menenggak “jatah” mereka sekitar pukul 11 pagi. Orang yang lebih tua bahkan sering pergi diam-diam dari pekerjaan untuk mencari bir. Kedua orang ini menarik perhatian saya, sehingga saya melakukan penyelidikan. Saya menemukan bahwa laki-laki yang lebih muda adalah seorang ahli ilmu fisika nuklir dan yang lebih tua seorang insinyur. Malahan insinyur ini pernah mengepalai sebuah konstruksi di Henderson di Pulau Guadalcanal, salah satu tempat peperangan paling terkenal di Pasifik di zaman Perang Dunia kedua.

Keduanya memulai hidup mereka dengan harapan yang tinggi dan pencapaian yang besar. Akan tetapi pengendara kuda “perang, kelaparan, dan wabah penyakit” telah menyerbu masuk ke dalam kehidupan mereka. penyakit alkohol yang mengerikan telah menghancurkan keluarga mereka dan menjadikan mereka orang-orang menyedihkan dalam kehidupan sehari-hari. Bersusah payah untuk menyambung hidup benar-benar telah mengisap kehidupan mereka.

Tragedi bukanlah hal aneh bahkan untuk masyarakat yang makmur sekalipun. Kita semua memerlukan Anak Domba Allah untuk bisa bertahan hidup.

Tuhan, meterai dan sangkakala telah membingungkan banyak orang selama 2.000 tahun. Berilah aku gambaran yang jelas tentang tujuan-Mu memberikan simbol-simbol ini. Terangi pikiranku agar mengerti bagaimana Engkau melihat dunia kami.

Sabtu, 27 April 2013

Renungan Pagi, Sabat 27 April 2013

Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata : ‘BAGI DIA YANG DUDUK DI ATAS TAKHTA DAN BAGI ANAK DOMBAadalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ …” (Wahyu 5:13,14).

Anak Domba sekarang telah bersatu bersama Bapa di atas takhta, sebagaimana telah dinyatakan dalam Wahyu 3:21.  Ini adalah yang terakhir dari rangkaian lima nyanyian pujian dalam Wahyu 4 dan 5.
Di dalam Wahyu 4:8, keempat mahkluk menyanyikan nyanyian berdasarakan Yesaya 6, “Kudus, kudus, kudus.”  Mereka menunjukkan nyanyian pujian itu kepada “Dia yang duduk di atas takhta, “bisa dikatakan Bapa.


Di dalam Wahyu 4:11, tua-tua memuji Allah karena tindakan Penciptaan-Nya.
Di dalam Wahyu 5:9,10, keempat makhluk dan ke-24 tua-tua bersama-sama memuji Anak Domba karena kematian-Nya di atas kayu salib.
Di dalam Wahyu 5:12, tidak terhitung banyaknya malaikat bernyanyi di dalam puji-pujian kepada Anak Domba.


Akhirnya dalam ayat di atas, Dia yang duduk di atas takhta dan Anak Domba menerima pujian bersama-sama saat seluruh alam semesta bersatu di dalam puji-pujian.

Yang terakhir dari kelima pujian ini adalah puncaknya.  Dua pujian pertama dinyanyikan kepada Dia yang duduk di atas takhta dan difokuskan pada penciptaan.  Dua pujian berikutnya dinyanyikan kepada Anak Domba dan difokuskan pada keselamatan. Pujian yang kelima memuji Keduanya.  Jadi di sini kita mendapati adanya progresi dari Bapa kepada Yesus dan akhirnya kepada Mereka berdua.

Kita juga mengamati crescendo luar biasa di dalam kelompok-kelompok yang menyanyikan pujian ini.  Keempat mahkluk pertama mewakili yang pertama dan  ke-24 tua-tua.  Dalam pujian ketiga, keempat mahkluk beserta ke-24 tua-tua bergabung bersama menyanyi.  Dalam pujian keempat, paduan suara malaikat yang luar biasa besar menyertai keempat mahkluk dan ke-24 tua-tua.  Akhirnya, setiap mahkluk di alam semesta menyatakan pujian kelima.

Keseluruhan rangkaian Wahyu 4 dan 5 bergerak menuju klimaks di mana Anak Domba bersatu bersama Bapa di atas takhta.  Poin utama pasal ini adalah, ditinggalkannya status Anak Domba hingga menyamai Bapa.  Itu adalah status yang diperoleh-Nya atas penyaliban.  Oleh pengorbanan-Nya di salib membuat surga ditinggikan pada ketinggian yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Tidak akan pernah Allah dipuja tanpa menyebutkan Anak Domba itu apa yang telah Dia lakukan, dan mengapa Dia layak.  Kegembiraan dan integritas alam semesta kini terpusat kepada kelayakan Anak Domba Allah.

Tuhan, aku meninggikan Yesus hari ini.  Tujuan hidupku adalah untuk menanti Dia dalam segala apa pun, karena Dia layak.

Jumat, 26 April 2013

Renungan Pagi, Jumat 26 April 2013

"ANAK DOMBA YANG TELAH DISEMBELIH ITU LAYAK untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian” (Wahyu 5:12).

Bahwa Yesus menang oleh kematian-Nya tentunya menantang cara kita melakukan banyak hal. Kita memilih menghampiri Allah dari sudut pandang kekuatan. Dan kita berusaha menang dengan mengandalkan talenta kita, bukannya rahmat karunia Allah. Namun demikian, melalui Anak Domba yang telah disembelih, kita belajar bahwa kemenangan sejati didapat melalui pengorbanan dan kelemahan. Pengorbanan Kristus memaksa kita untuk bergantung kepada pembenaran Allah, bukannya kemampuan atau daya upaya kita sendiri. Yesus telah menetapkan teladan untuk kemenangan sejati, dan surga memerintahkan agar kita mengikut Dia.

Kebanyakan penulis sangat melindungi jadwal dan kebebasan pribadi mereka. Namun menjelang akhir hidupnya, Henri Nouwen mendobrak rintangan profesionalisme semacam itu. Dilatih di Belanda sebagai psikolog dan teolog, dia menghabiskan tahun-tahun awal hidupnya dengan berprestasi. Nouwen mengajar di Notre Dame, Yale, dan Harvard. Rata-rata menghasilkan lebih dari satu buku dalam setahun, dia banyak bepergian untuk memberi kuliah. Namun dalam prosesnya, kehidupan rohaninya sendiri mulai kering.

Sepuluh tahun sebelum kematiannya, dia membuat terobosan menjadi seorang imam di sebuah tempat orang-orang cacat di Toronto. Dia tinggal dalam kesederhanaan, dan menemukan ketenangan rohani di tengah masyarakat yang terbuang. Suatu hari Philip Yancey mengunjunginya dan memerhatikan ketika Nouwen melayani perjamuan bagi Adam, seorang pria cacat usia 26 tahun, tak mampu bicara, berjalan, atau berpakaian sendiri. Adam tidak memperlihatkan tanda-tanda dia mengerti, berliur sepanjang upacara, dan beberapa kali mengerang dengan suara nyaring. Nouwen mengakui, dibutuhkan waktu hampir dua jam setiap harinya untuk memandikan dan memakaikan baju pada Adam. Bagi Nouwen, “ketidakefisienan yang kudus” itu telah menjadi ruang doa dan perenungan baginya. Bagi Nouwen tindakannya itu bukan pengorbanan. “Aku tidak mengorbankan apa pun juga,” dia bersikeras, “bukan saya, tapi Adam yang menerima manfaat dari persahabatan kami.”

Pada awalnya memang berat. Tetapi Nouwen telah belajar mengasihi Adam dengan sungguh-sungguh. Di dalam proses, dia mendapati seperti apa pastinya Allah mengasihi kita, secara rohani cacat, terbelakang, respons kita bagi Allah tampaknya seperti erangan dan keluhan. Di wajah Adam, Nouwen belajar bahwa seseorang tidak perlu harus berprestasi untuk dikasihi oleh Allah, seseorang bisa senantiasa mengandalkan kasih-Nya. Nouwen mengikuti jejak Sang Anak Domba kepada kemenangan.47

Tuhan, aku malu saat menyadari betapa aku telah termakan oleh budaya pencapaian dan sukses. Bantu aku untuk melihat orang-orang melalui mata Anak Domba yang telah tersembelih.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Jumat 26 April 2013



Pendalaman : Bacalah kutipan berikut ini dan diskusikan bagaimana mereka menolong kita untuk memahami dengan cara yang lebih jelas pekabaran dari Hosea 1-4 dan Obaja.
Dari permulaan Agama orang Israel percaya bahwa Allah telah memilih orang- orang istimewa ini untuk membawa misi Allah telah menjadi batu penjuru iman Ibrani dan menjadi tempat perlindungan pada masa-masa kesulitan. Namun, nabi itu merasa bahwa bagi banyak orang di zaman mereka batu penjuru ini menjadi batu sandungan; tempat perlindungan, sebuah pelarian. Mereka harus memperi­ngatkan bangsa itu bahwa terpilihnya bukan kesalahan, sebagai pilih kasih Ilahi atau kebal terhadap hukuman, tetapi, sebaliknya, itu berarti mereka jauh lebih ter­buka kepada pengadilan dan penghukuman Ilahi....
"Apakah keterpilihan berarti bahwa Allah secara khusus memperhatikan Isra­el? Apakah keluarnya mereka dari Mesir berarti bahwa Allah hanya terlibat dalam sejarah Israel dan sama sekali melupakan nasib bangsa-bangsa lain?" —Abraham J. Heschel, The Prophet, hlm. 32,33.
"Dengan pertahanan jiwa yang telah hancur, para penyembah yang disele­wengkan tidak mempunyai penghalang terhadap dosa dan memasrahkan diri me­reka sendiri kepada nafsu-nafsu jahat hati manusia"
"Terhadap penindasan yang mencolok, ketidakadilan yang menonjol, keme­wahan dan pemborosan yang luar biasa, pesta pora dan kemabukan yang tidak mengenal malu, kemerosotan moral yang jahat dan pelanggaran kesusilaan, pada zaman mereka, para nabi mengangkat suara mereka; tetapi protes mereka sia-sia saja, percuma saja celaan mereka terhadap dosa. "Mereka benci kepada yang mem­beri teguran di pintu gerbang kata Amos, dan mereka keji kepada yang berkata de­ngan tulus ikhlas". "Kamu yang menjadi orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang." Amos 5:10, 12" —Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.3, hal. 231.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1.    Adalah mudah untuk berteman dengan seseorang yang memberikan sesuatu kepadamu. Bagaimana dengan orang-orang yang susah dan tidak memiliki sesuatu untuk diberi, dan nyatanya, membutuhkan sesuatu darimu? Sikap yang bagaimana yang harus kamu tunjukkan kepada orang-orang seperti itu? Sikap seperti apa yang harus kamu tunjukkan kepada mereka? 
2.   Pikirkan tentang apa yang telah kita terima sebagai GMAHK. Keba­nyakan dari orang Kristen tidak memiliki pemikiran apa-apa tentang berkat hari Sabat.; Kebanyakan berpikir bahwa orang mati akan langsung pergi ke surga atau neraka. Banyak yang tidak percaya Ye­sus dibangkitkan secara fisik, atau tidak percaya akan kedatangan Yesus kedua kali secara nyata. Kebenaran besar apa lagikah yang ha­rus diketahui oleh orang lain? Tanggung jawab apa yang datang ke­pada kita karena memiliki kebenaran-kebenaran ini?

Kamis, 25 April 2013

Renungan Pagi, Kamis 25 April 2013

"Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: ‘ANAK DOMBA YANG DISEMBELIH ITU LAYAK untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’” (Wahyu 5:11, 12).

Yesus memang benar-benar layak. Bukan saja karena Dia adalah pihak yang aktif di dalam Penciptaan (Why. 4:11; Yoh. 1:3), tetapi dengan penuh kuasa Dia campur tangan untuk menebus ciptaan tersebut di kayu salib, peristiwa yang dirayakan dengan begitu meriahnya di dalam pasal ini. Yang sangat menarik tentang hal ini adalah bahwa nilai yang dimiliki Yesus bisa juga menjadi milik kita melalui penebusan (Why. 5:9, 10). Kita bisa bergabung bersama para malaikat merayakan kelayakan-Nya saat kita melihat bagaimana semua itu menimbulkan perbedaan di dalam kehidupan kita.

Kebutuhan mendasar setiap manusia adalah memiliki harga diri yang besar. Tapi seberapa besar harga diri seseorang? Tergantung dari konteks. Seandainya struktur kimiawi tubuh saya dilumerkan, maka nilai saya sekitar 12 dolar. Dan sekiranya Anda seorang pemain basket terkenal seperti Shaquille O’Neal, maka harga Anda menanjak jadi puluhan juta dolar setahun. Apalagi kalau Anda seorang programer sistem operasi komputer bagi seluruh dunia, maka nilai akan mencapai puluhan miliar dolar, seperti Bill Gates.

Anda lihat, kita selalu dihargai dalam perbandingan dengan orang lain. Tetapi menurut Alkitab, nilai manusia jauh lebih tinggi daripada yang kita berikan kepada satu sama lain. Kitab Suci memberitahu kita, nilai Yesus adalah sebesar alam semesta (Dia menciptakannya), namun demikian Dia tahu segala sesuatu tentang kita dan mengasihi kita sebagaimana adanya. Kematian-Nya di kayu salib menetapkan nilai tiap individu-individu manusia. Saat Pencipta alam semesta memutuskan untuk mati bagi Anda dan saya, hal itu meletakkan nilai yang tak terhingga atas hidup kita. Dan karena setelah kebangkitan Yesus tidak akan pernah mati lagi, harga diri saya aman di dalam Dia sepanjang hidup saya.

Mari kita lihat dengan cara yang berbeda. Sebuah bola bisbol di tangan saya bernilai kurang lebih 5 dolar. Tetapi bola bisbol di tangan Alex Rodriguez bernilai kurang lebih 25 juta dolar. Sebuah tongkat golf di tangan saya bernilai 50 dolar, tapi sebuah tongkat golf di tangan Tiger Woods bernilai jutaan dolar. Sebuah tongkat di tangan saya mencegah agar seekor anjing tidak menggigit saya, sementara tongkat yang sama di tangan Musa membelah Laut Merah. Paku di tangan saya mungkin akan menghasilkan sebuah sangkar burung. Paku di tangan Yesus membawa kepada keselamatan dunia ini. Anda bisa mengatakannya tergantung di tangan siapa benda-benda itu ada.

Tuhan Yesus, Engkau adalah pribadi paling bernilai di seluruh alam semesta ini. Bantu aku untuk dapat melihat nilai sejatiku di tangan-Mu saja.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, Kamis 25 April 2013



KESOMBONGAN YANG MENUNTUN KEPADA KEJATUHAN

Baca buku Obaja. Kebenaran moral dan rohani apakah yang dapat kita ambil dari buku ini?
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________

Obaja adalah buku terpendek dalam Perjanjian Lama, dan buku itu mela­porkan penglihatan nubuatan penghakiman Allah atas tanah Edom. Pekabaran dalam buku ini berpusat kepada tiga persoalan: Kesombongan Edom (ayat 1-4), penghinaan Edom yang akan datang (ayat 5-9), dan kejahatan Edom ter­hadap Yehuda (ayat 10-14).
Bangsa Edom adalah keturunan Esau saudara Yakub. Permusuhan an­tara Israel dan Edom kembali kepada permusuhan keluarga antara dua sau­dara kembar, yang kemudian menjadi bapa dari dua bangsa. Namun, menu­rut Kejadian 33, kedua saudara ini berdamai kemudian. Jadi, Allah memerin­tahkan bangsa Israel untuk tidak membenci Edom, karena dia adalah sauda­ramu. (Ulangan 23:7).
Meskipun demikian, permusuhan antara bangsa ini berlanjut selama be­rabad-abad. Ketika Babylon menghancurkan Jerusalem dan menawan pen­duduknya, bangsa Edom bukan hanya bersukacita tetapi bahkan memangsa orang Israel yang melarikan diri dan juga membantu menjarah Jerusalem (Maz. 137:7).Karena alasan ini, Nabi Obaja memperingatkan bahwa Edom akan di­hakimi sesuai dengan Standard mereka: "'Seperti yang telah kamu lakukan, demikianlah akan dilakukan kepadamu'" (Obaja 15). Bangsa Edom tidak ber­laku sebagai seorang saudara terhadap bangsa Yehuda pada saat kesusahan te­tapi justru bergabung dengan musuh untuk menyerang (Rat. 4:21,22).
Wilayah yang ditempati oleh Edom terletak di sebelah tenggara Laut Mati. Itu adalah daerah pegunungan yang dipenuhi dengan puncak gunung, tebing yang curam, gua, dan belahan yang dapat digunakan oleh musuh untuk ber­sembunyi. Sejumlah kota-kota Edom terletak pada daerah-daerah yang hampir tidak bisa dijangkau. Sela (dikenal juga sebagai Petra) adalah ibu kota Edom. Bangsa ini mengembangkan kesombongan yang disimpulkan dalam satu per­tanyaan. "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?" (Obaja 3).

Allah menuntut tanggung jawab bagi siapa yang mengambil keuntungan dari orang lain pada saat kesukaran. Obaja memperingatkan orang-orang so- dom yang angkuh yang akan membawa penghinaan ke atas kepala mereka. Ti­dak ada tempat untuk melarikan diri dari Allah (Amos 9:2,3). Hari Tuhan yang akan datang akan membawa baik penghakiman juga keselamatan. Edom akan meminum cawan murka Allah, sementara bagian umat-umat Allah akan dipu­lihkan

Rabu, 24 April 2013

Renungan Pagi, Rabu 24 April 2013

“ Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru ‘…KARENA ENGKAU TELAH DISEMBELIH DAN DENGAN DARAH-MU ENGKAU TELAH MEMBELI MEREKA BAGI ALLAH DARI TIAP-TIAP SUKU DAN BAHASA DAN KAUM DAN BANGSA. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi." (Wahyu 5:9,10).

Menurut ayat hari ini, fokus Injil bersifat internasional. Kematian Anak Domba telah membeli umat Allah dari setiap suku dan bahasa dan kaum. Keterbukaan semacam itu jauh melebihi hal-hal kontemporer yang dikenal oleh orang-orang Kristen mula-mula. Dan sambutan internasionalnya begitu sukses sehingga tidak seorang pun jaman sekarang ini yang heran bahwa mayoritas orang-orang Kristen adalah orang-orang bukanYahudi. Injil merangkul orang-orang tidak seperti yang kita bayangkan. Ini bertentangan dengan kecurigaan wajar kita terhadap siapapun juga yang tidak sama dengan kita.

Saya ingat ketika berjumpa dengan sekelompok kecil orang-orang Kristen di negara Muslim. Saya membagikan kepada mereka semangat saya untuk membawa kabar baik tentang Yesus kepada semua orang tanpa memandang ras, latar belakang atau agama mereka. Saya terpana saat mendapati mereka tidak tertarik dan tidak merasakan adanya panggilan Allah untuk menjangkau sesama Muslim mereka dalam kasih. Dan lagi, saya mendapati umat Muslim jauh lebih terbuka dalam hubungan mereka dengan kaum Kristen dibandingkan sebaliknya. Tindakan beberapa teroris tidak boleh menghalangi kita untuk dapat melihat nilai agung yang Allah tanamkan dalam umat manusia dari setiap ras, bahasa, dan budaya.

Saya mendapati bahwa orang-orang dari setiap bangsa dan budaya lebih terbuka terhadap Injil jika diperlukan dengan hormat dan ramah. Allah memanggil generasi baru umat Kristen untuk membuang prasangka masa lalu dan menjangkau orang-orang di dalam semangat Yesus. Di dalam memperlakukan orang-orang, kita bisa menawarkan secercah nyanyian surgawi multikultural seperti yang terdapat di dalam Wahyu 5. Bayangkan nyanyian orang-orang kudus sepanjang zaman : Bangsa Israel kuno memuja dengan rebana dan tari-tarian gembira, orang-orang Afrika bergoyang dan menyanyi, para pembaru Eropa dengan himne-himne agung mereka, dan mungkin orang-orang Muslim pengikut Isa (Yesus dalam bahasa Arab) sujud dengan dahi sampai ke tanah. Apakah Anda pikir, Anda bisa menghadapi kompleksitas harmoni seperti itu?Saya yakin Allah mengajarkan kita cara untuk berbaur. Mengapa tidak mempraktikan keharmonisan Allah di mana Anda berada saat ini?

Tuhan, tolong aku untuk dapat melihat orang lain melalui cara pandang Allah. Isi hatiku dengan rasa sukacita yang Engkau miliki, ketika Engkau melihat berbagai macam manusia yang telah Engkau ciptakan.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 24 April 2013



PERTEMUAN ISRAEL DENGAN ALLAH

"Bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel" (Amos 4:12)

Amos 4 dimulai dengan gambaran dosa Israel, dan diakhiri dengan pengu­muman akan hari perhitungan. Allah membuat umat-Nya khususnya bertang­gung jawab bagaimana mereka hidup dan memperlakukan yang lain.
Amos mendaftarkan daftar bencana alam, satu hal yang cukup untuk mem­buat mereka kembali kepada Allah. Daftar itu disusun dalam tujuh bencana, hukuman penuh bagi mereka yang melanggar perjanjian (sesuai dengan kata-kata Musa dalam Imamat 26). Beberapa bencana ini mengingatkan kita satu tu­lah yang dikirim Allah ke Mesir, sementara gambaran dari bencana yang terak­hir dengan tegas disebutkan kehancuran total dari Sodom dan Gomora.
Menurut doa Salomo saat penahbisan bait suci, apakah harus bencana yang menuntun orang untuk melakukan sesuatu? 1 Raja.8:37-40.
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________

Orang Israel tidak berperangai seperti orang biasa lagi, dan Allah menda­pati adalah mustahil untuk mendapatkan perhatian mereka. Bahkan, pengha­kiman Allah mengakibatkan mengerasnya hati bangsa itu. Karena bangsa itu gagal untuk kembali kepada Allah, Amos menyampaikan kesempatan terak­hir untuk bertobat.
Penghakiman terakhir adalah segera, tetapi Amos tidak menjelaskan peng­hakiman apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang menghantui dalam kata- kata Amos membuat dalam menghadapi penghakiman semakin tidak menye­nangkan. Israel telah gagal untuk mencari Allah, sehingga Allah keluar men­jumpai Israel.
Amos 4:12 dimulai dengan kata-kata "sebab demikian akan kulakukan ke­padamu," yang menggemakan rumus sumpah tradisional. Pernyataan yang sungguh-sungguh ini memanggil tanggapan dari Israel untuk mempersiapkan bertemu dengan Aliahnya seperti yang mereka lakukan sebelumnya untuk ke­hadiran Allah di Sinai. (Kel. 19:11, 15).

Baca dengan teliti Amos 4:12, 13. Jika, tiba-tiba, kamu mendengar peringatan, "Bersiaplah untuk bertemu Tuhanmu, hai (namamu di sini)" — apakah tanggapanmu? Apakah satu-satunya harapanmu? Lihat Rm. 3:19-28.
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________