Jumat, 17 Mei 2013

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 17 Mei 2013



Pendalaman:
 
"Sekiranya Yerusalem telah mengetahui kesempatan yang diberikan kepadanya, dan telah menghiraukan terang yang dikirim oleh surga kepadanya, maka ia sebenarnya dapat berdiri dalam kemakmuran yang di­banggakan, permaisuri kerajaan, bebas dalam besarnya kekuasaan yang dika­runiakan Allah kepadanya. Tidak akan ada tentara bersenjata lengkap berdiri di pintu gerbangnya,... Nasib yang mulia yang sebenarnya dapat mendatangkan berkat kepada Yerusalem sekiranya ia telah menerima Penebusnya terba­yang di hadapan Anak Allah, la melihat bahwa dengan perantaraan Dia, kota itu dapat disembuhkan dari penyakitnya yang menyedihkan, dibebaskan dari perhambaan, dan didirikan sebagai ibukota yang kuat di dunia. Dari tembok­nya burung dara perdamaian sebenarnya akan terbang ke segenap bangsa. Se­benarnya ia dapat menjadi mahkota kemuliaan bagi dunia."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.6, hlm.l98.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jika kamu ingin mengerti dalam konteks yang lebih modern pende­ritaan yang sering dialami oleh nabi-nabi Allah, bacalah dari buku Ellen G. White, Life Sketches. Apakah yang diajarkan oleh buku ini tentang kerja keras dan pencobaan yang akan dihadapi oleh juru ka­bar Allah yang setia?

2. Adalah sangat mudah untuk tertangkap dalam bentuk keagamaan, tradisi dan ritual, yang semuanya mungkin baik. Pada saat yang sama, meskipun, apa yang terjadi ketika bentuk dan ritual ini men­jadi akhir dalam diri mereka, gantinya menunjuk kita ke arah apa­kah arti yang benar menjadi pengikut Allah yang kita sembah de­ngan bentuk-bentuk itu?

3. Pikirkanlah lagi seluruh pemikiran inkarnasi, pemikiran bahwa Allah Pencipta mengambil rupa manusia dalam diri-Nya. Seperti ahli teo­logi abad pertengahan menuliskan, "Dengan mempertahankan Dia sebelumnya, Kristus mengambil ke dalam diri-Nya apa yang bukan diri-Nya—dan itu adalah kemanusiaan kita. Pikirkan tentang apa yang kebenaran menakjubkan ini ungkapkan kepada kita tentang kasih Allah kepada kita. Mengapakah harus kebenaran ini mengisi kita dengan pengharapan, ucapan syukur dan pujian, tanpa meman­dang keadaan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar