KOTA YANG
KORUP
Pepatah Cina
mengatakan sisi tergelap dari ruangan, terletak tepat di bawah lilin. Pepatah
ini bisa digunakan untuk keadaan moral Jerusalem pada zaman Zefanya. Nabi baru
menyelesaikan penyampaian akan pengadilan Ilahi atas negara-negara tetangga
Yehuda (lihat Zefanya 2) seperti Filistea di Barat, Moab dan Amon di
Timur, Kusyi di Selatan dan Asyur di Timur. Namun dia tidak berhenti di sini.
Dia meneruskan untuk membukakan dosa dari mereka yang tinggal di Kota Allah,
yaitu Yerusalem.
Baca Zefanya
3:1-5. Siapakah yang dikutuk, dan mengapa? Tanyakanlah dirimu. Bagaimanakah
umat Allah, mereka yang menerima banyak terang dan kebenaran bisa berakhir
dengan sangat korup? Bagaimanakah kita dapat melindungi diri kita supaya hal
yang sama jangan terjadi kepada kita?
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Ibu kota
Yehuda terletak di hati Zefanya, Dia menuntut para pemimpinnya mengenai
kemerosotan moral dari kota itu. Perubahan itu berasal langsung dari kegagalan
para pemimpinnya untuk menghidupkan peran dan tanggung jawab yang diembankan
kepada mereka (bandingkan dengan Yer. 18:18; Yeh 22:23-30). Pengadilan
yang korup dijalankan oleh pejabat yang digambarkan seperti "singa yang
mengaum," dan para hakim digambarkan sebagai "serigala malam".
Kaabah tidak semakin baik karena para imamnya tidak mengajarkan firman Tuhan,
atau mereka tidak mengajarkan kebenaran.
"Selama
masa pemerintahan Yosia firman Tuhan datang kepada Zefanya, yang khusus
menjelaskan akibat-akibat kemurtadan yang berkesinambungan, dan meminta
perhatian gereja yang benar kepada pengharapan yang gemilang yang akan datang.
Nubuatan-nubuatannya tentang penghukuman yang akan datang kepada Yehuda dengan
kuasa yang cocok dengan penghukuman yang jatuh ke atas dunia yang mengeraskan
hati pada waktu kedatangan Kristus" yang kedua kali."—Ellen G. White,
Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 16.
Lihat
sekeliling. Meskipun menarik, dunia ini akan dihancurkan. Seseorang bahkan
tidak membutuhkan Alkitab untuk mempercayai betapa mudahnya kehancuran itu akan
terjadi. Mengapakah hanya Tuhan satu-satunya pengharapan kita, dan bagaimanakah
kita dapat belajar bersandar kepada-Nya dan tidak mempercayai kesia-siaan dan
kehampaan dunia ini?
________________________________________________________________________________
________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar