Selasa, 28 Mei 2013

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 28 Mei 2013



KOTA YANG KORUP

Pepatah Cina mengatakan sisi tergelap dari ruangan, terletak tepat di ba­wah lilin. Pepatah ini bisa digunakan untuk keadaan moral Jerusalem pada za­man Zefanya. Nabi baru menyelesaikan penyampaian akan pengadilan Ilahi atas negara-negara tetangga Yehuda (lihat Zefanya 2) seperti Filistea di Barat, Moab dan Amon di Timur, Kusyi di Selatan dan Asyur di Timur. Namun dia tidak berhenti di sini. Dia meneruskan untuk membukakan dosa dari mereka yang tinggal di Kota Allah, yaitu Yerusalem.

Baca Zefanya 3:1-5. Siapakah yang dikutuk, dan mengapa? Tanya­kanlah dirimu. Bagaimanakah umat Allah, mereka yang menerima ba­nyak terang dan kebenaran bisa berakhir dengan sangat korup? Bagai­manakah kita dapat melindungi diri kita supaya hal yang sama jangan terjadi kepada kita?
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________

Ibu kota Yehuda terletak di hati Zefanya, Dia menuntut para pemimpinnya mengenai kemerosotan moral dari kota itu. Perubahan itu berasal langsung dari kegagalan para pemimpinnya untuk menghidupkan peran dan tanggung jawab yang diembankan kepada mereka (bandingkan dengan Yer. 18:18; Yeh 22:23-30). Pengadilan yang korup dijalankan oleh pejabat yang digambarkan seperti "singa yang mengaum," dan para hakim digambarkan sebagai "serigala malam". Kaabah tidak semakin baik karena para imamnya tidak mengajarkan firman Tuhan, atau mereka tidak mengajarkan kebenaran.

"Selama masa pemerintahan Yosia firman Tuhan datang kepada Zefanya, yang khusus menjelaskan akibat-akibat kemurtadan yang berkesinambungan, dan meminta perhatian gereja yang benar kepada pengharapan yang gemilang yang akan datang. Nubuatan-nubuatannya tentang penghukuman yang akan datang kepada Yehuda dengan kuasa yang cocok dengan penghukuman yang jatuh ke atas dunia yang mengeraskan hati pada waktu kedatangan Kristus" yang kedua kali."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 16.

Lihat sekeliling. Meskipun menarik, dunia ini akan dihancurkan. Se­seorang bahkan tidak membutuhkan Alkitab untuk mempercayai betapa mudahnya kehancuran itu akan terjadi. Mengapakah hanya Tuhan satu-satunya pengharapan kita, dan bagaimanakah kita dapat belajar bersan­dar kepada-Nya dan tidak mempercayai kesia-siaan dan kehampaan du­nia ini?
________________________________________________________________________________
________________________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar