Pendalaman:
"Dengan ketetapan yang tidak meleset Yang Tidak Berkesudahan masih tetap
mengadakan perhitungan dengan bangsa-bangsa. Sementara kemurahan-Nya
ditawarkan, dengan panggilan supaya bertobat, perhitungan ini tetap terbuka;
tetapi bilamana angka-angkanya telah mencapai suatu jumlah tertentu yang telah
ditetapkan Allah, maka mulailah pekerjaan pencurahan murka-Nya, Perhitungan
sudah ditutup. Kesabaran Ilahi berhenti. Kemurahan telah berhenti memohon demi
keselamatan mereka—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm 298.
Di hadapan
dunia yang tidak jatuh, dan seisi surga, dunia harus memberikan
pertanggungjawaban kepada Hakim segenap bumi, yaitu yang mereka tuduh dan
salibkan. Betapa kelak suatu hari perhitungan! Itu hari pembalasan Allah.
Kristus tidak lagi berdiri di hadapan Pilatus. Pilatus dan Herodes, dan semua
yang mengolok-olok, menghina, menolak, dan menyalibkan Dia akan mengerti apa
artinya merasakan murka Anak Domba. Perbuatan mereka akan muncul di hadapan
mereka dalam tabiat mereka yang sebenarnya—Ellen G. White, Nasihat kepada
Pendeta dan Pelayan Injil, hlm 125.
PERTANYAAN
UNTUK DIDISKUSIKAN
- Beberapa orang pada zaman Zefanya melakukan hal yang buruk terhadap Allah dan teman sebangsa mereka, sementara yang lain puas melihat kejahatan itu dibukakan. Menurutmu dari antara kedua dosa ini, yang manakah yang lebih buruk di hadapan Allah? Berikan alasanmu.
- Kembalilah ke pertanyaan terakhir dalam pelajaran hari Senin, di mana kata-kata ini dikutip "Tidak ada yang kelihatannya lebih tidak berdaya, namun sebenarnya lebih tidak kelihatan, daripada jiwa yang merasakan kehampaannya dan sepenuhnya bergantung pada jasa Juruselamat." Apakah artinya untuk mengandalkan "sepenuhnya pada jasa Juruselamat?" Bagaimanakah kata-kata ini nyatakan kepada kita kebenaran agung diselamatkan melalui iman dalam Kristus saja dan mengapakah kebenaran itu adalah pusat dari semua yang kita percayai? Jika kita tidak bergantung kepada jasanya, pada jasa siapakah kita dapat bergantung?
- Mengapakah sangat mudah, teristimewa bagi mereka yang kaya dan senang, untuk melupakan ketergantungan kita kepada Allah atas apa yang kita miliki? Bagaimanakah kita dapat melihdungi diri kita dari khayalan yang fatal ini?
- Pikirkan lagi tentang Allah yang menyanyi dan bergembira atas umat-Nya. Kita cenderung memikirkan diri kita bernyanyi dan memuji kepada Allah dan apa yang Dia telah buat untuk kita. Apakah artinya bahwa Dia menyanyi dan bergembira atas kita? Bagaimanakah itu dapat terjadi, mengingat keadaan yang menyedihkan yang kita temukan dalam diri kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar