Jumat, 31 Mei 2013

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 31 Mei 2013


Pendalaman: "Dengan ketetapan yang tidak meleset Yang Tidak Ber­kesudahan masih tetap mengadakan perhitungan dengan bangsa-bangsa. Se­mentara kemurahan-Nya ditawarkan, dengan panggilan supaya bertobat, per­hitungan ini tetap terbuka; tetapi bilamana angka-angkanya telah mencapai suatu jumlah tertentu yang telah ditetapkan Allah, maka mulailah pekerjaan pen­curahan murka-Nya, Perhitungan sudah ditutup. Kesabaran Ilahi berhenti. Ke­murahan telah berhenti memohon demi keselamatan mereka—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm 298.
Di hadapan dunia yang tidak jatuh, dan seisi surga, dunia harus memberi­kan pertanggungjawaban kepada Hakim segenap bumi, yaitu yang mereka tu­duh dan salibkan. Betapa kelak suatu hari perhitungan! Itu hari pembalasan Allah. Kristus tidak lagi berdiri di hadapan Pilatus. Pilatus dan Herodes, dan semua yang mengolok-olok, menghina, menolak, dan menyalibkan Dia akan mengerti apa artinya merasakan murka Anak Domba. Perbuatan mereka akan muncul di hadapan mereka dalam tabiat mereka yang sebenarnya—Ellen G. White, Nasihat kepada Pendeta dan Pelayan Injil, hlm 125.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN
  1. Beberapa orang pada zaman Zefanya melakukan hal yang buruk ter­hadap Allah dan teman sebangsa mereka, sementara yang lain puas melihat kejahatan itu dibukakan. Menurutmu dari antara kedua dosa ini, yang manakah yang lebih buruk di hadapan Allah? Beri­kan alasanmu. 
  2. Kembalilah ke pertanyaan terakhir dalam pelajaran hari Senin, di mana kata-kata ini dikutip "Tidak ada yang kelihatannya lebih ti­dak berdaya, namun sebenarnya lebih tidak kelihatan, daripada jiwa yang merasakan kehampaannya dan sepenuhnya bergantung pada jasa Juruselamat." Apakah artinya untuk mengandalkan "sepenuh­nya pada jasa Juruselamat?" Bagaimanakah kata-kata ini nyatakan kepada kita kebenaran agung diselamatkan melalui iman dalam Kristus saja dan mengapakah kebenaran itu adalah pusat dari semua yang kita percayai? Jika kita tidak bergantung kepada jasanya, pada jasa siapakah kita dapat bergantung?
  3. Mengapakah sangat mudah, teristimewa bagi mereka yang kaya dan senang, untuk melupakan ketergantungan kita kepada Allah atas apa yang kita miliki? Bagaimanakah kita dapat melihdungi diri kita dari khayalan yang fatal ini?
  4. Pikirkan lagi tentang Allah yang menyanyi dan bergembira atas umat-Nya. Kita cenderung memikirkan diri kita bernyanyi dan memuji kepada Allah dan apa yang Dia telah buat untuk kita. Apakah arti­nya bahwa Dia menyanyi dan bergembira atas kita? Bagaimanakah itu dapat terjadi, mengingat keadaan yang menyedihkan yang kita te­mukan dalam diri kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar