Selasa, 28 Mei 2013

Renungan Pagi, Selasa 28 Mei 2013

“Maka kataku kepadanya : “Tuanku, tuan mengetahuinya. ‘Lalu ia berkata kepadaku: “Mereka ini adalah orang-orang keluar dari KESUSAHAN YANG BESAR, dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba’” (Wahyu 17:14).

Dalam bahasa aslinya, kata untuk kesusahan (thlipseos) merujuk pada lebih dari sekadar penganiayaan dan mati syahid.  Hal itu mencakup konsep-konsep seperti “kesukaran”, “stress,” “situasi menyulitkan,” “dan “penderitaan” dalam pengertian umum.  Banyak yang berasumsi bahwa “kesusahan besar” merupakan suatu peristiwa tertentu menjelang hari-hari terakhir sejarah bumi ini.  Tetapi salah seorang dari tua-tua surgawi memberitahu Yohanes bahwa kumpulan orang banyak dalam Wahyu 7:9 adalah mereka yang “telah” keluar” dari masa kesusahan yang besar.  Apa pun arti ayat ini, frasa tersebut juga merujuk pada sesuatu yang sedang berlangsung pada zaman Yohanes, sesuatu yang terus berlanjut sepanjang sejarah Kekristenan.

Di sini Kitab Wahyu sangat masuk akal.  Tidak seorang pun melalui kehidupan ini terbebas dari stress, tanpa “kesusahan besar.”  Perasaan takut terhadap kesusahan mengingatkan saya pada sesuatu yang terjadi di tempat kediaman sahabat saya.  Dia tinggal di rumah yang terletak di puncak bukit pedesaan Iowa.  Suatu hari saya mengujunginya dan mengalami kejutan mengherankan.  Seekor hewan terbesar keluar dari dalam rumah menyambut saya, berlari-lari bebas.  Saya melihat hewan itu dari sudut mata saya, saya berpikir seekor singa sedang berjalan menuju saya.  Hewan buas itu membuka mulutnya dan aumannya yang besar membuat saya takut setengah mati.  Akan tetapi, setelah saya perhatikan, saya sedang berhadapan dengan seekor anjing seberat 113 kg! Hewan buas itu adalah anjing peliharaan teman saya, jenis St. Bernard diberi nama Gabe.   Ternyata Gabe makhluk paling manis dan lembut.  Gonggongannya seperti guntur menggelegar, tetapi itu hanya suara saja, tidak ada gigitan.

Seperti itulah stress.  Meskipun kita mungkin memandangnya sebagai musuh, yang penting adalah bagaimana cara kita meresponnya.  Stress yang tidak terkendali secara dini akan melemahkan tubuh dan mengarah pada timbulnya penyakit.  Namun stress yang dikelola dengan baik sebenarnya sesuatu yang berguna bagi hidup kita.  Memberikan dorongan dan energy pada segala sesuatu yang kita lakukan, itu adalah sumber daya yang Allah pakai untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya (Yoh. 11; 2 Kor. 3:18).  Pertumbuhan terjadi dalam kehidupan kita apabila kita menanggapi tekanan kehidupan secara positif.  Sementara kita mengharapkan kehidupan yang tenang dan penuh kedamaian, Allah melihat bahwa tanpa stres dan kesulitan, hanya sedikit pertumbuhan dan perkembangan yang akan terjadi dalam diri kita.

“Tuhan, tolong aku untuk memandang kesukaran-kesukaran dalam hidup ini sebagai suatu jalan yang bisa Engkau pakai untuk membantu aku bertumbuh dan menjadi lebih berguna bagi pelayanan-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar