Kamis, 23 Mei 2013

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 23 Mei 2013



Kamis 23 mEI 2013

ALLAH ADALAH KEKUATAN KITA

"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak meng­hasilkan bahan makanan, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tu­han, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhan­ku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Hab. 3:17-19, NKJV). Apakah yang sa­ngat baik tentang sikap nabi di sini? Bagaimanakah kita dapat menum­buhkan sikap seperti itu dalam diri kita? Lihat juga Flp. 4:11.

Kata-kata penutup dalam buku Habakuk (Hab. 3:16-19) menunjukkan tanggapan nabi akan wahyu tentang kekuatan dan kebaikan Allah. Tampilan segar akan penyelamatan Allah memancar dari keberanian Habakuk sementara dia menanti serangan musuh. Ketakutannya memunculkan dirinya yang paling dalam sementara dia menunggu pengadilan Allah terhadap bangsanya. Penye­rangan bisa saja berakibat hancurnya pohon ara dan pohon zaitun, yang sangat berhala di Palestina sama perlunya dengan anggur, gandum dan ternak. Tetapi iman nabi yang teguh itu tetap tidak tersentuh karena dia memiliki pandangan akan Tuhan yang hidup.   
      
Berdasarkan pengalamannya masa lalu, Habakuk tahu bahwa kesetiaan Allah mutlak. Itulah sebabnya mengapa dia mengundurkan diri untuk mela­kukan tujuan Allah saat itu (Hab. 3:16-19). Meskipun dalam suasana yang ku­rang baik, nabi itu memutuskan untuk meletakkan kepercayaannya di dalam Tuhan dan kebaikan-Nya, tidak masalah betapa menguntungkan situasi yang terjadi.

Habakuk menunggu dengan kepercayaan yang setia, walaupun tidak se­gera ada tanda-tanda keselamatan. Dia adalah nabi, di mana melalui dialog, celaan dan nyanyian pujian, telah melatih iman selama hidup untuk mengem­bangkan kehidupan iman yang lebih dalam di dalam Penebus. Dengan tela­dan hidupnya, dia mendorong orang saleh untuk berdialog kepada Allah, un­tuk menguji kesetiaan mereka kepada-Nya dalam masa-masa keras, untuk me­ngembangkan pengharapan di dalam Tuhan dan juga untuk memuji dia.

Habakuk mengakhiri bukunya dengan pernyataan sikap iman yang indah: Tanpa memandang kepada berapa keras hidup yang akan dihadapi, seseorang dapat mencari sukacita dan kekuatan di dalam Allah. Pekabaran yang digaris-bawahi dari bukunya mengarah kepada perlunya menunggu dengan setia ke­selamatan dari Tuhan dalam masa-masa yang penuh tekanan yang tidak terli­hat akhirnya. Tema "menunggu Tuhan" mendominasi buku Habakuk. sung­guh tema ini relevan khususnya kepada kita sebagai Masehi Advent Hari Ketu­juh—yang mana nama itu mengungkapkan iman kita dalam kedatangan Ye­sus?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar