Senin, 29 April 2013

Renungan Pagi, Senin 29 April 2013

“Maka aku melihat ANAK DOMBA ITU MEMBUKA YANG PERTAMA DARI KETUJUH METERAI ITU, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh “Mari!”(Wahyu 6:1).

Saya selalu beranggapan, ide bagus menyimpan uang tunai tambahan untuk keadaan darurat.  Walaupun berbahaya menyimpan uang tunai dalam jumlah besar, karena mungkin akan mengundang pencuri, dengan itu kita mengambil resiko demi uang beberapa ratu dolar yang bisa didapat dengan mudah melalui pemberitahuan singkat.  Saya selalu menyimpan amplop di meja tulis saya, di lemari es, di laci meja rias, dan di beberapa tempat lain.

Suatu hari saya pulang ke rumah dari perjalanan yang cukup jauh, perlu mengisi kembali dompet saya agar dapat membayar beberapa tagihan yang telah menumpuk karena saya tidak berada di rumah.  Saya pergi ke tempat saya menyipan amplop dan mengeluarkannya.  Ada yang tidak beres.  Tidak seperti biasanya, tebal dengan pecahan lima dan satu dolar dan pecahan yang lebih besar.  Ketika saya membuka amplopnya, bentuk serta warna isinya membuat saya terkejut.

Bukannya uang, tapi beberapa catatan kecil di dalamnya.  Yang satu berbunyi “20 dolar untuk hadiah ulang tahun. “  Yang lain bunyinya, “15 dolar untuk pesan pizza.”  Dan yang ketiga berbunyi “3 dolar untuk menyewa video.” Anda pasti tahu.

“Apakah ini ?” tanya  saya.
“Oh, itu IOU (catatan pinjaman), ‘begitu jawabannya.  “Jangan khawatir bagiku itu sama baiknya dengan uang tunai!”
Tepat !
Tidak perlu dikatakan lagi, saya menegur anak-anak saya karena raibnya uang “saya” itu.  Tanggapan mereka menarik.  “Yah, itu bukan uang Ayah.  Itu uang kami.  Kami butuh untuk membeli barang-barang.”

Anda lihat, anak-anak saya baik-baik saja hidup dari pendapatan ayah mereka.  Saya tergoda merasakan bahwa mereka telah memanfaatkan saya, tetapi saat saya merenungkannya sesaat, saya sadar bahwa alasan mereka ada benarnya juga.

Pengalaman saya mengilustrasikan hal yang sama dengan Kitab Wahyu.  Karena salib, Anak Domba dapat membuka gulungan kitab dan menyediakan segala yang dibutuhkan untuk menebus dunia ini.  Saya tidak perlu membayar apa pun untuk memperoleh keselamatan, tapi bagi Dia harganya adalah nyawa-Nya.  Dalam satu pengertian, “Uang-Nya adalah uang kita juga.”  Sungguh menyenangkan rasanya jadi anak Raja.

Tuhan, tolong aku untuk mengingat segala yang kumiliki adalah karunia dari-Mu, buah dari pengorbanan-Mu di kayu salib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar