MAKA MENANGISLAH AKU DENGAN AMAT SEDIHNYA, karena
tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu
ataupun melihat sebelah dalamnya” (Wahyu 5:4).
Kita sering merasa tidak sebanding dengan
tokoh-tokoh besar dalam Alkitab, menganggap bahwa orang-orang
seperti Yohanes telah memiliki derajat kerohanian yang jauh lebih tinggi dari
kita. Padahal Alkitab mengundang kita untuk meneladani kehidupan
orang-orang tersebut dalam kehidupan kita (Ibr. 6:12). Misalnya, Paulus,
mendorong anggota-anggota jemaatnya untuk meneladaninya (1 Kor. 4:6,7,16; 11:1;
1 Tes. 1:6,7), Walaupun kita seharusnya berlomba-lomba untuk menjadi seperti
Yesus (2 Kor. 3:17,18; 1 Kor. 4:17), tetapi kita dapat juga mengambil banyak
pelajaran dari mereka.
Dalam ayat hari ini, Yohanes turut serta dalam
penglihatannya sendiri. Membesarkan hati ketika nabi itu
menggambarkan dirinya bukan sebagai orang suci yang besar, tetapi sebagai
manusia biasa yang melakukan kesalahan dan terkadang bingung dengan situasi
yang ada. Dalam Wahyu 5:4, dia menangis karena dia tidak tahu apa
yang sedang terjadi di surga. Dia melihat kejadian itu, tetapi dia
tidak mengerti apa-apa. Seroang dari tua-tua itu bertanya kepadanya
dalam Wahyu 7:13,14,dan dia tidak tahu menjawab pertanyaan itu. Dan
kemudian dalam Wahyu 19:9, 10 dan 22:8,9, dia jatuh tersungkur menyembah
seorang malaikat, tapi kemudian ditegur karena dia tidak seharusnya melakukan
itu. Rasanya tidak mungkin seorang Yohanes menghadapi kesulitan
seperti itu, namun itulah dia apa adanya. Seorang manusia.
Saya sendiri bisa melakukan kebodohan dalam hidup
saya. Saya teringat ketika di sekolah menengah, sebuah paduan suara
universitas datang dan di pimpin oleh seorang yang bergelar doktor musik. Saya
tidak terkesan dengan paduan suara ini. Jadi setelah penampilan
mereka selesai, kepada teman-teman saya jelaskan bahwa orang-orang dengan gelar
doktornya biasanya tidak lebih baik daripada mereka yang bergelar lebih
rendah. Di tengah-tengah pembicaraan, saya menoleh ke belakang dan
melihat dia berdiri di sana , mendengarkan semua kata-kata saya. Saat
itu, saya merasa benar-benar bodoh!
Kabar baiknya adalah para pembaca dapat merasakan
kelemahan dan pergumulan yang dialami Yohanes dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Seperti
Elia yang mudah putus asa dan bersedih hati, tetapi dengan perintah Tuhan, dia
dapat menghentikan hujan. Yohanes Pembaptis mempertanyakan apakah
Yesus adalah Mesias, tetapi Yesus menyebut dia nabi terbesar (Mat.
11:1-13). Ayub dan Yeremia adalah “orang suci” yang berharap tidak
dilahirkan ke dunia ini (Ay. 3:3; Yer. 20:14,1 5). “Suatu
pengharapan bagi hati kita yang hancur, bahwa melalui kasih karunia Allah, kita
memperoleh kuasa untuk bangkit dari sifat jahat; dan bila kita
mengingat hal ini, maka kita pun siap untuk mengalahkan kekurangan-kekurangan
kita.”
Tuhan, aku sering sedih dan putus asa, tetapi sekarang
aku akan bangkit dan mencoba lagi, dengan pengharapan yang datang dari-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar