Rabu, 17 April 2013

Renungan Pagi, Rabu 17 April 2013


MAKA MENANGISLAH AKU DENGAN AMAT SEDIHNYA, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya” (Wahyu 5:4).

Kita sering merasa tidak sebanding dengan tokoh-tokoh  besar dalam Alkitab, menganggap bahwa orang-orang seperti Yohanes telah memiliki derajat kerohanian yang jauh lebih tinggi dari kita.  Padahal Alkitab mengundang kita untuk meneladani kehidupan orang-orang tersebut dalam kehidupan kita (Ibr. 6:12). Misalnya, Paulus, mendorong anggota-anggota jemaatnya untuk meneladaninya (1 Kor. 4:6,7,16; 11:1; 1 Tes. 1:6,7), Walaupun kita seharusnya berlomba-lomba untuk menjadi seperti Yesus (2 Kor. 3:17,18; 1 Kor. 4:17), tetapi kita dapat juga mengambil banyak pelajaran dari mereka.

Dalam ayat hari ini, Yohanes turut serta dalam penglihatannya sendiri.  Membesarkan hati ketika nabi itu menggambarkan dirinya bukan sebagai orang suci yang besar, tetapi sebagai manusia biasa yang melakukan kesalahan dan terkadang bingung dengan situasi yang ada.  Dalam Wahyu 5:4, dia menangis karena dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di surga.  Dia melihat kejadian itu, tetapi dia tidak mengerti apa-apa.  Seroang dari tua-tua itu bertanya kepadanya dalam Wahyu 7:13,14,dan dia tidak tahu menjawab pertanyaan itu.  Dan kemudian dalam Wahyu 19:9, 10 dan 22:8,9, dia jatuh tersungkur menyembah seorang malaikat, tapi kemudian ditegur karena dia tidak seharusnya melakukan itu.  Rasanya tidak mungkin seorang Yohanes menghadapi kesulitan seperti itu, namun itulah dia apa adanya.  Seorang manusia.

Saya sendiri bisa melakukan kebodohan dalam hidup saya.  Saya teringat ketika di sekolah menengah, sebuah paduan suara universitas datang dan di pimpin oleh seorang yang bergelar doktor musik.  Saya tidak terkesan dengan paduan suara ini.  Jadi setelah penampilan mereka selesai, kepada teman-teman saya jelaskan bahwa orang-orang dengan gelar doktornya biasanya tidak lebih baik daripada mereka yang bergelar lebih rendah.  Di tengah-tengah pembicaraan, saya menoleh ke belakang dan melihat dia berdiri di sana , mendengarkan semua kata-kata saya.  Saat itu, saya merasa benar-benar bodoh!

Kabar baiknya adalah para pembaca dapat merasakan kelemahan dan pergumulan yang dialami Yohanes dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya.  Seperti Elia yang mudah putus asa dan bersedih hati, tetapi dengan perintah Tuhan, dia dapat menghentikan hujan.  Yohanes Pembaptis mempertanyakan apakah Yesus adalah Mesias, tetapi Yesus menyebut dia nabi terbesar (Mat. 11:1-13).  Ayub dan Yeremia adalah “orang suci” yang berharap tidak dilahirkan ke dunia ini (Ay. 3:3; Yer. 20:14,1 5).  “Suatu pengharapan bagi hati kita yang hancur, bahwa melalui kasih karunia Allah, kita memperoleh kuasa untuk bangkit dari sifat jahat;  dan bila kita mengingat hal ini, maka kita pun siap untuk mengalahkan kekurangan-kekurangan kita.”

Tuhan, aku sering sedih dan putus asa, tetapi sekarang aku akan bangkit dan mencoba lagi, dengan pengharapan yang datang dari-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar