Senin, 15 April 2013

Renungan Pagi, Senin 15 April 2013


"MAKA AKU MELIHAT DI TANGAN KANAN DIA YANG DUDUK DI ATAS TAKHTA ITU, SEBUAH GULUNGAN KITAB, YANG DITULISI SEBELAH DALAM DAN SEBELAH LUARNYA DAN DIMETERAI DENGAN TUJUH METERAI.... Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, SINGA DARI SUKU YEHUDA, YAITU TUNAS DAUD, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu...’” (Wahyu 5:1-5).

Banyak terjemahan Alkitab mengatakan bahwa gulungan kitab ada di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta. Namun penelitian baru-baru ini mengatakan bahwa frasa “di tangan kanan” mungkin sebenarnya berarti “di sebelah kanan.”42 Ini masuk akal dengan mempertimbangkan bagaimana dunia zaman purba memandang takhta. Orang-orang pada zaman itu biasanya merasa bahwa tempat di sebelah kanan raja adalah tempat paling terhormat. Mazmur 80:17 dan 110:1 menggambarkan raja Israel duduk di sebelah kanan Allah, dan dia serta Allah bersama-sama memerintah bangsa itu.

Kebanyakan singgasana zaman kuno cukup besar dapat diduduki tiga atau empat orang. Para pembaca kuno telah dianggap mengerti bahwa gulungan kitab itu diletakkan di atas takhta di sebelah kanan Allah. Kalau begitu, untuk mengambil gulungan ini berarti seseorang harus duduk di atas takhta, di sebelah kanan Allah. Dengan kata lain, ketika Yesus mengambil kitab ini dengan tangan-Nya, Dia juga duduk di sebelah kanan Bapa-Nya, menerima peran-Nya sebagai raja yang baru dalam garis keturunan Daud (Why 5:5).

Dalam zaman Perjanjian Lama, Bangsa Israel pernah mengalami situasi tidak memiliki seorang raja, tetapi diperintah langsung oleh Tuhan. Bangsa ini tidak mempunyai pusat kontrol yang jelas. Walaupun sebenarnya memiliki seorang raja dapat mengalihkan pandangan bangsa ini dari Tuhan, tetapi dalam praktiknya, tanpa adanya pemerintahan dunia, keadaan akan menjadi kacau (Hak. 17:6; 21:25). Jadi Allah mengizinkan mereka untuk mengadakan sistem kerajaan dengan Saul dari suku Benyamin sebagai raja pertama dan Daud dari suku Yehuda sesudahnya. Masa pemerintahan Daud sangat diberkati Tuhan dibandingkan dengan saat Saul memerintah, dan saat Salomo memerintah, pemerintahannya menjadi model pemerintahan yang ideal.

Jadi konsep kerajaan Daud ada di balik kisah dalam Wahyu 5. Anak Domba itu adalah “Singa Yehuda” dan “Tunas Daud.” Tidak ada lagi di dalam Perjanjian Baru di mana Yesus duduk di sebelah kanan Bapa-Nya di atas takhta di surga (Mat. 26:64; Ibr. 8:1). Jadi ketika Yesus datang dan mengambil gulungan kitab itu, Dia sedang mengambil tempat-Nya di atas takhta di Bait Suci surgawi.

Tuhan, ini kabar yang luar biasa. Dia yang memerintah atas langit dan bumi adalah Anak Domba yang telah disembelih. Dia tahu seperti apa kehidupanku dan apa yang aku rasakan. Aku bisa memercayai Dia untuk memerintah dengan bijaksana, adil, dan penuh kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar