Sabtu, 27 April 2013

Renungan Pagi, Sabat 27 April 2013

Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata : ‘BAGI DIA YANG DUDUK DI ATAS TAKHTA DAN BAGI ANAK DOMBAadalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’ …” (Wahyu 5:13,14).

Anak Domba sekarang telah bersatu bersama Bapa di atas takhta, sebagaimana telah dinyatakan dalam Wahyu 3:21.  Ini adalah yang terakhir dari rangkaian lima nyanyian pujian dalam Wahyu 4 dan 5.
Di dalam Wahyu 4:8, keempat mahkluk menyanyikan nyanyian berdasarakan Yesaya 6, “Kudus, kudus, kudus.”  Mereka menunjukkan nyanyian pujian itu kepada “Dia yang duduk di atas takhta, “bisa dikatakan Bapa.


Di dalam Wahyu 4:11, tua-tua memuji Allah karena tindakan Penciptaan-Nya.
Di dalam Wahyu 5:9,10, keempat makhluk dan ke-24 tua-tua bersama-sama memuji Anak Domba karena kematian-Nya di atas kayu salib.
Di dalam Wahyu 5:12, tidak terhitung banyaknya malaikat bernyanyi di dalam puji-pujian kepada Anak Domba.


Akhirnya dalam ayat di atas, Dia yang duduk di atas takhta dan Anak Domba menerima pujian bersama-sama saat seluruh alam semesta bersatu di dalam puji-pujian.

Yang terakhir dari kelima pujian ini adalah puncaknya.  Dua pujian pertama dinyanyikan kepada Dia yang duduk di atas takhta dan difokuskan pada penciptaan.  Dua pujian berikutnya dinyanyikan kepada Anak Domba dan difokuskan pada keselamatan. Pujian yang kelima memuji Keduanya.  Jadi di sini kita mendapati adanya progresi dari Bapa kepada Yesus dan akhirnya kepada Mereka berdua.

Kita juga mengamati crescendo luar biasa di dalam kelompok-kelompok yang menyanyikan pujian ini.  Keempat mahkluk pertama mewakili yang pertama dan  ke-24 tua-tua.  Dalam pujian ketiga, keempat mahkluk beserta ke-24 tua-tua bergabung bersama menyanyi.  Dalam pujian keempat, paduan suara malaikat yang luar biasa besar menyertai keempat mahkluk dan ke-24 tua-tua.  Akhirnya, setiap mahkluk di alam semesta menyatakan pujian kelima.

Keseluruhan rangkaian Wahyu 4 dan 5 bergerak menuju klimaks di mana Anak Domba bersatu bersama Bapa di atas takhta.  Poin utama pasal ini adalah, ditinggalkannya status Anak Domba hingga menyamai Bapa.  Itu adalah status yang diperoleh-Nya atas penyaliban.  Oleh pengorbanan-Nya di salib membuat surga ditinggikan pada ketinggian yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Tidak akan pernah Allah dipuja tanpa menyebutkan Anak Domba itu apa yang telah Dia lakukan, dan mengapa Dia layak.  Kegembiraan dan integritas alam semesta kini terpusat kepada kelayakan Anak Domba Allah.

Tuhan, aku meninggikan Yesus hari ini.  Tujuan hidupku adalah untuk menanti Dia dalam segala apa pun, karena Dia layak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar