Senin, 22 April 2013

Renungan Pagi, Senin 22 April 2013

“Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan : ITULAH DOA ORANG-ORANG KUDUS” (Wahyu 5:8).

Pekabaran yang menarik dari ayat ini adalah bahwa penyembahan di surga mencakup juga doa orang-orang kudus.  Doa orang-orang kudus timbul dari suatu dunia yang sangat berbeda dari latar belakang Yohanes saksiskan di surga.  Di dunia tersebut kelihatannya orang-orang kudus telah kalah.  Kelihatannya kejahatan berjaya.  Namun Kitab Wahyu mengangkat pandangan orang-orang pecaya ke surga.  Di sana kemenangan yang pasti telah diraih, untuk selamanya melumpuhkan kejahatan.  Doa bukan hanya suatu hal menyenangkan untuk dilakukan, itu adalah sebuah mata rantai kepada kemenangan di surga yang berkuasa.

Sebelum kami dikaruniai anak-anak, saya dan istri saya masing-masing membeli sebuah sepeda 10 speeduntuk menikmati pemandangan di lembah sekitar kami tinggal.  Beberapa tahun kami sering menggunakannya, namun puluhan tahun belakangan ini, kesibukan mengalihkan perhatian kami, sehingga kami menelantarkan sepeda-sepeda itu.  Sekarang sepeda-sepeda teronggok begitu saja di ruang jemuran di rumah kami, tempat yang kering.

Beberapa waktu yang lalu saya merangkak di bawah ruang jemuran itu dan mengeluarkan sepeda balap merah saya.  Setelah 25 tahun, benda itu tampak tidak terlalu baik, tetapi kelihatannya masih bisa digunakan dengan cukup udara, ban-ban itu masih dapat berputar.  Saya membawa sepeda itu ke jalanan.  Karena sangat sulit mengayuhnya, saya pikir apakah otot-otot tungkai saya telah berubah bentuk.  Tidak menyenangkan seperti bersepeda biasanya.  Setelah beberapa saat saya hendak membawa pulang sepeda itu, berpikir lebih baik benda itu disimpan lagi setidaknya 20 tahun lagi.  Tetapi setelah berupaya, saya menemukan sebuah pompa, menambah sedikit udara ke dalam ban-ban tua itu, dan mencoba lagi.  Sungguh mengherankan ! Semuanya menjadi jauh lebih mudah.  Sedikit udara menimbulkan perbedaan besar.

Dikatakan bahwa “doa adalah napas jiwa.”  Doa itu seumpama udara yang saya tambahkan ke dalam ban-ban sepeda saya.  Saat kita mencoba menyelesaikan permasalahan kita sendiri, hidup ini benar-benar sulit. Tetapi doa melontarkan tantangan-tantangan yang kita hadapi ke ruang takhta surgawi, di mana tidak ada persoalan yang terlalu sukar untuk diselesaikan, tidak ada peperangan yang terlalu sukar untuk dimenangkan.  Syukur kepada kemenangan Anak Domba, doa adalah kunci kemenangan di bumi.  Jangan tinggalkan rumah tanpanya !

Tuhan, aku tidak memohon kehidupan yang mudah.  Tetapi aku mohon supaya kuasa-Mu yang besar melipatgandakan upayaku untuk memperluas kemenangan Anak Domba kepada setiap orang yang kutemui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar