Sabtu, 08 Juni 2013

Renungan Pagi, Sabat 8 Juni 2013

“Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah HUJAN ES, DAN API, BERCAMPUR DARAH; DAN SEMUANYA ITU DILEMPARKAN KE BUMI; MAKA TERBAKARLAH SEPERTI DARI BUMI dan sepertiga ari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau” (Wahyu 8:7).

Kalau saja perang nuklir terjadi, berikut adalah saran ke mana kita harus berlindung.  Di utara Taman Nasional Yellowstone, ada sebuah tempat yang disebut Lembah Firdaus.  Pada pemandangan luar biasa di lembah ini, dengan mudah akan ditemukan:  Perlatan ventilasi, pintu-pintu berbentuk kubah di punggung-pungguh bukit, menara pengawas yang dapat berfungsi ganda sebagai kubu senapan mesin.  Salah sebuah tempat perlindungan itu dinamai Bahtera Mark, seperti motel yang tertanam 6 meter di bawah tanah.  Ketika seseorang bertanya kepada pembangunnya, “Mengapa engkau tidak tinggal di sini ?” Dia berkata, “Apakah engkau gila ? Satu-satunya alasan saya akan tinggal di sini, adalah jika situasi mengharuskan saya tinggal di sini.”

Bahtera Mark dipenuhi berbagai perlengkapan dan bahan makanan yang mungkin berguna pada masa pengungsian yang lama.  Selanjutnya teradapat ruang penetralan dan sebuah ruang mesin dengan sejumlah besar  bahan bakar tersimpan di sana.  Tempat perlindungan utama adalah berukuran kira-kira 10 meter lebarnya dan 40 meter panjangnya.  Terdapat tiga lantai dan 40 kamar tidur.  Juga memiliki klinik yang lengkap dan dapur umum yang besar, cukup memberi makan 150 orang, kata pendiri bangunan tersebut.

Tetapi mengapa 150 orang ingin pergi ke bawah tanah selama setahun ? Semuanya diawali pada tahun 1980 ketika ramalan tentang perang nuklir di mulai sebuah kelompok agama lokal yang kontroversial, Gereja Unvirsal dan Triumphant.  Tren membangun tempat perlindungan segera menyebar ke gereja tetangga.  Saat ini daerah memiliki sekitar 30 tempat perlindungan.

Menurut seorang yang kemungkinan besar akan tinggal di tempat itu, “Ketika hal itu telah terjadi, keseimbangan siklus udara akan terganggu.  Arus angin yang keras yang seharusnya tinggal di atas, dapat turun ke permukaan, dan bayangkan, angin dengan kecepatan 490 km per jam akan mengubah keseluruhan hidup kita.”  Di Lembah Firdaus, mereka berpikir bahwa seluruh penduduk Amerika tidak bersiap-siap.

Kebanyakan orang-orang ini adalah orang Kristen yang konservatif, yang memandang sangkakala itu sebagai bencana alam yang akan menimpa seluruh manusia.  Tetapi mereka salah memahami arti ayat ini.  Menurut Wahyu, sangkakala adalah penghakiman Allah kepada mereka yang tidak percaya (Why. 8:3-5; 9:4).  Jadi, jalan terbaik dan paling aman untuk menghadapi penghakiman Allah bukanlah tempat perlindungan di Montana, tetapi penurutan kepada Injil Yesus Kristus.


Tuhan, manakala duniaku “runtuh,” tolong aku untuk selalu percaya kepada-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar