“Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada
sesuatu SEPERTI GUNUNG BESAR, YANG MENYALA-NYALA OLEH API, DILEMPARKAN KE DALAM
LAUT, DAN SEPERTIGA DARI LAUT ITU MENJADI DARAH, dan matilah sepertiga dari
segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua
kapal” (Wahyu 8:8,9).
Fakta bahwa air berubah menjadi darah mengingatkan kita
pada tulah pertama dalam Keluaran (Kel. 7:19-21). Mengubah Sungai Nil menjadi darah akan
menghancurkan kenyamanan dan perekonomian Mesir dalam sekejap. Kehidupan Mesir zaman dulu maupun sekarang
adalah Sungai Nil.
Jika Anda pernah mengunjungi Mesir, Anda akan tahu bahwa
negeri itu adalah negeri yang subur dan produktif di sepanjang tepian Sungai
Nil, tetapi beberapa mil jauhnya dari sungai tersebut Anda akan mendapati tanah
yang paling kering dan tandus. Setiap
kali saya berkesempatan untuk mengunjungi padang-padang pasir Mesir, saya harus
minum air beberapa liter sekembalinya dari Nil atau akan sakit kepala yang
parah!
Ayat kita hari ini berisikan kutipan yang jelas tentang
penghakiman Allah terhadap Babel purba, “Sesungguhnya, Aku menjadi lawanmu, hai
gunung pemusnah, demikianlah Firman Tuhan, yang memusnahkan seluruh bumi! Aku akan mengacungkan tangan-Ku kepadamu,
menggulingkan engkau dari bukit batu, dan membuat engkau menjadi gunung api
yang telah padam” (Yer. 51:25). Dalam
Yeremia 51, Allah mengumumkan penghakiman atas Babel di karenakan dia telah
menindas umat Allah. Jadi sangkakala
kedua memadukan elemen-elemen penghakiman zaman Perjanjian Lama kepada Mesir
dan Babel. Yang menarik adalah kedua
negeri ini, dulu maupun sekarang, bertanah datar, kering, serta bergantung pada
sungai-sungai besar yang melalui negeri itu.
Tetapi seandainya Babel berlokasi di sebuah lembah sungai
yang datar, mengapa ayat ini berbicara tentang sebuah gunung ? Itu adalah
referensi simbolik. Daniel 2
menggambarkan kerajaan Allah dengan istilah gunung yang besar. Jadi gambaran Yeremia menyatakan bahwa Babel
adalah lawan besar terhadap kerajaan Allah yang sejati. Sangkakala menjanjikan bahwa Allah akan
menghancurkan lawan itu di “perairannya” sendiri.
Penghakiman simbolik yang diwakili oleh sangkakala yang
kedua mungkin mencerminkan dengan baik keruntuhan Kekaisaran Romawi, suatu
peristiwa yang akan terjadi masa depan pada saat Yohanes menulis Kitab
Wahyu. Dari sudut pandang para pembaca
pertama, kekaisaran itu tampaknya tak terkalahkan. Tetapi penglihatan menyakinkan nabi ini bahwa
Allah menandai tingkah laku penindas di bumi ini, dan Dia bertindak dalam waktu
yang tepat.
Tuhan, yakinkan aku bahwa segala sesuatunya tetap berada
dalam kendali-Mu. Semoga aku tetap sabar
menantikan campur tangan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar