Jumat, 14 Juni 2013

Renungan Pagi, Jumat 14 Juni 2013

“Lalu aku melihat : aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring : ‘CELAKA, CELAKA, CELAKALAH MEREKA YANG DIAM DI ATAS BUMI OLEH KARENA BUNYI SANGKAKALA KETIGA MALAIKAT LAIN, YANG MASIH AKAN MENIUP SANGKAKALANYA’” (Wahyu 8:13).

Kitab Wahyu menandai peranan sangkakala secara lebih jelas dibandingkan yang disadari kebanyakan orang.  Kunci untuk memahaminya adalah Wahyu 6:9-11.  Di sana “di bawah mezbah jiwa-jiwa” berseru, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?”  (ayat 10).  “Mereka yang diam di bumi” adalah orang-orang yang telah tampil lagi  di dalam Wahyu 8:13. Tiga celaka dari sangkakala kelima, keenam, dan ketujuh menimpa  “mereka yang diam di bumi.”  Oleh karena itu, ketujuh sangkakala merupakan penghakiman terhadap mereka yang telah membunuh dan menganiaya umat Allah yang setia.

Wahyu 8:2-6 mengatakan kepada kita bahwa sangkakala berbunyi sebagai tanggapan terhadap doa-doa orang kudus, yang naik seperti dupa dari mezbah (ayat 3, 4).  Apakah doa-doa itu ? Mereka adalah orang-orang kudus yang telah dibunuh (Why. 6:9-11) dan berseru menuntut keadilan.  Saat doa-doa itu tiba di surga bergabung dengan dupa, penghakiman pun dijatuhkan  ke atas bumi (Why. 8:5,6).  Oleh karena itu, ketujuh sangkakala membawa pesan penting bagi mereka yang teraniaya, terabaikan, dan dibunuh karena iman mereka.  Sangkakala-sangkakala itu meyakinkan mereka bahwa Allah secara aktif melawan orang-orang yang telah menindas mereka.

Seorang teman saya adalah seorang professor di sebuah sekolah kedokteran.  Seorang pelayan gereja memohon kepadanya supaya dia meninggalkan pekerjaannya yang mapan itu dan melayani untuk gereja, tinggal di apartemen sederhana milik gereja.  Karena cintanya kepada Yesus, tanpa ragu-ragu dia menerima pekerjaan itu.  Namun satu hari, dia dipecat karena perbedaan pendapat dengan seorang pengurus gereja.  Terpana, sambil termenung dia yang tadinya seorang yang kaya dan berpengaruh di negaranya, kini tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki sumber pendapatan.  Dalam keputusasaan dia pulang ke rumah dan mendapati kunci apartemen gereja telah diganti dan semua benda miliknya telah dilemparkan di pinggir jalan.  Istrinya tampak duduk di bangku sambil menangis tersedu-sedu.  Ketika balas dendam adalah pikiran yang pasti dimiliki oleh kebanyakan orang, teman saya memutuskan untuk membiarkan Allah yang bertindak.  Sangkakala telah meyakinkan kita bahwa Allah menandai ketidakadilan dalam dunia kita dan akan memperbaikinya sesuai dengan waktu-Nya.

Tuhan, terima kasih atas jaminan bahwa segala yang menimpaku penting bagi-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar