Minggu, 16 Juni 2013

Renungan Pagi, Minggu 16 Juni 2013

“Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang JURANG MAUT.  Maka dibukanyalah pintu lobang JURANG MAUT ITU, lalu naiklah asap dari lobang itu bagaikan asap tanur besar, dan matahari dan angkasa menjadi gelap oleh asap lobang itu” (Wahyu 9:1,2).

Bagian kitab Wahyu ini adalah ayat yang paling mengerikan dalam seluruh kitab. Sebuah bintang yang jatuh dari langit menerima anak kunci lubang jurang maut. Dibukanya jurang maut mengakibatkan kegelapan menutupi matahari dan angkasa. Kegelapan itu ternyata adalah belalang-belalang, pengikut-pengikut Apolion (Why. 9:3, 10, 11).

Kita menemukan beberapa persamaan penting dari ayat ini dengan Injil Lukas. Saat seorang laki-laki yang dirasuk Setan berhadapan dengan Yesus, setan-setan tesebut memohon agar Dia tidak memerintahkan agar mereka dikembalikan ke dalam jurang maut (Luk. 8:30,31). Terbukti bahwa jurang maut adalah tempat di mana kuasa Allah memenjarakan setan-setan, tempat yang tidak mereka sukai. Persamaan selanjutnya ada di dalam Lukas 10:17-20. Di sana Yesus melihat Setan jatuh dari langit seperti kilat. Namun demikian, Dia menyatakan bahwa murid-murid-Nya tidak perlu terkejut. Mereka memiliki kuasa untuk menginjak ular dan kalajengking, simbol kuasa musuh. Jaminan keselamatan mereka akan memberi mereka keyakinan penuh untuk menghadapi Setan di dalam nama Yesus.

Salahkan bagi seorang Kristen untuk beribadah di tempat yang pernah digunakan sebagai tempat penyembahan Setan? Apakah salah menggunakan bentuk-bentu musik yang dulu digunakan dalam ritual atau penyembahan kafir? Pertimbangkan dilema yang dihadapi mereka yang pertama-tama menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa yang begitu kental diwarnai pemujaan roh-roh, pepohonan, serta makhluk-makhluk magis lainnya. Para penerjemah itu bergumul mencari cara untuk mengungkapkan kebenaran Kitab Suci yang menginspirasi dan keselamatan , dalam bahasa dan ekspresi yang tlah memenuhi segala aspek bahasa ini. Tetapi para penerjemah tidak berhenti. Dan saya senang mereka tidak berhenti. Bahasa itu adalah Bahasa Inggris.

Kita mungkin merasa terganggu mendengarkan Injil dalam bahasa yang berasal dari sejarah yang ternoda seperti itu. Tapi kita tidak boleh lupa, Allah juga memilih menjelma sebagai manusia, terlepas dari sejarah manusia yang penuh kekafiran, kekacauan, dan penyimpangan. Akan tetapi, ketika Firman itu menjadi manusia, Dia membawa kehidupan dan terang kepada manusia. Ke mana pun Dia pergi, Setan lari. Bukan kehadiran Setan yang mengutuk kehidupan manusia, tetapi ketidakhadiran Kristuslah yang menyebabkannya.

Tuhan, aku memilih untuk memiliki Kristus ke mana pun aku pergi. Semoga kuasa Setan dihancurkan juga dalam kehidupanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar