Selasa, 04 Juni 2013

Renungan Pagi, Selasa 4 Juni 2013


“Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas.  Dan kepadanya diberikan banyak KEMENYAN untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas MEZBAH EMAS di hadapan takhta itu” (Wahyu 8:3,4).

Seorang pendeta yang sedang berlibur menyewa perahu layar di lautan Karibia.  Dia dan keluarganya sangat menikmati perpaduan teriknya matahari dengan sejuknya tiupan angin laut.  Itu adalah istirahat yang sangat menyenangkan dari tekanan pekerjaan sehari-hari.  Lalu mereka mendaratkan perahu mereka di sebuah pulau kecil berpasir dengan pohon-pohon palem.  Tidak lama kemudian, ada pasangan yang melabuhkan perahu yacht besar ber-AC bergabung dengan mereka beberapa meter jauhnya.  Setelah berkenalan, sang pendeta menyinggung sedikit tentang pekerjaannya.  Namun walaupun jelas-jelas pasangan tersebut adalah orang sekular, tampaknya mereka tidak merasa terganggu.  Malah, mereka mengundang sang pendeta dan keluarganya makan malam bersama mereka di atas yacht.  Sang pendeta mencari kesempatan baik untuk menyaksikan perbedaan yang bisa dibuat Yesus dalam kehidupan ini, bahkan bagi mereka yang kelihatannya memiliki segalanya.  Tetapi dia tidak pernah memperolehnya.  Tidak lama kemudian matahari pun terbenam, dan dia sadar bahwa dia harus kembali ke perahu layarnya dan pulang ke resor sebelum hari gelap.

Keluarga itu mengucapkan selamat berpisah pada pasangan itu dan menuruni tangga ke perahu layar yang ditambatkan disamping yacht.  Setelah istri dan anak-anaknya turun ke perahu layar, pendeta itu pun berjalan menuju ke tangga.  Tepat pada saat itu salah seorang dari pasangan itu mencondongkan tubuh melewati pagar pembatas, menatap ke bawah kepadanya  dan bertanya, “Apa artinya menjadi seorang Kristen?” Pendeta itu mengadah, sadar bahwa dia tidak boleh buang-buang waktu untuk segera menjawab!

“Agama artinya perbuatan,”jawabnya.  “Kekristenan berarti sudah diperbuat.  Iman Kristen bukan membicarakan apa yang kita lakukan bagi Allah, tapi apa yang Allah telah lakukan bagi kita.”  Karena saliblah maka umat manusia diterima Allah.  Manusia dapat menemukan arti dan tujuan kehidupan ini, karena Allah telah bertindak membuat semuanya mungkin terjadi.

Itulah arti dari kemenyan di atas mezbah.  Kemenyan berasal dari mezbah korban bakaran.  Korbanlah yang membuat kemenyan diperlukan.  Salib adalah dasar dari segala sesuatu yang Allah lakukan kepada umat-Nya.  Karena semua yang telah terjadi di kayu salib, Yesus menyediakan pengampunan.  Dalam kebiasaan sehari-hari pada zaman Perjanjian Lama, dupa senantiasa menaungi  tempat itu, menutupi umat dari dosa-dosa mereka.  Saat kita kehilangan kemuliaan Allah, “dupa” yaitu kebenaran Kristus juga menudungi kehidupan kita.

“Tuhan, terima kasih atas penerimaan-Mu yang sempurna bagi diriku hari ini di dalam Kristus.  Semoga aku merasakan kebenaran-Mu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar