“Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti
tongkat pengukur rupanya, dengan kata –kata yang beribdah dialamnya. Tetapi
kecualikanlah PELATARAN BAIT SUCI YANG DI SEBELAH LUAR, janganlah
engkau mengukurnya, karena IA TELAH DIBERIKAN KEPADA BANGSA - BANGSA LAIN dan
mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya” (Wahyu 11:
1,2).
Seorang bukan Yahudi yang berjalan menuju Bait Allah di
Yerusalem akan takjub melihat luasnya pelataran luar serta kemegahan
strukturnya. Dia bebas berjalan-jalan mengilingi pelataran sebelah luar. Kata
yang di termejahkan “ bangsa-bangsa lain “ pada ayat hari ini dapat
juga diartikan sebagai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Namun tidak jauh
dari bangunan Bait Allah itu ada pengumuman yang terpasang pada pagar batu, “
setiap orang bukan Yahudi yang melanggar batas ini akan bertanggung
jawab atas kematiannya sendiri, yang pasti akan segera terjadi.”
Setelah batas bagi orang-orang bukan
Yahudi ini, terletak Pelataran Wanita. Tempat ini khusus untuk para
wanita Yahudi. Kaum pria Yahudi boleh memasuki pelataran dalam bangunan Bait
Allah. Lalu hanya imam yang boleh memasuki bangunan Bait Allah itu, tetapi
mereka tidak diperkenakan memasuki ruangan paling dalam Bait Allah,yaitu Bilik
Mahakudus. Hanya imam besar yang boleh masuk ke sini, itu pun sekali
setahun.
Tingkatan-tingkatan dalam akses ini mengajarkan sesuatu
yang penting mengenai kekudusan Allah serta halangan-halangan antara Tuhan
dengan umat manusia, karena dosa. Hubungan dengan Allah bukanlah hubungan
“teman dengan teman” seperti halnya sesama manusia. Kita harus menghampiri Dia
dengan kerendahan hati seorang pendosa. Dalam hubungan kita dengan Allah, tidak
ada tempat untuk kesombongan.
Yang menarik, pelajaran tentang kerendahan hati ini
seringkali diselewengkan menjadi suatu arogansi. Mereka yang merasa berhak
mendapat “izin” lebih mendekat,beranggapan lebih superior di bandingkan
orang-orang lain. Memperburuk keadaan, di zaman Yesus, para imam Bait Allah
telah mengubah satu bagian komplek Bait Suci boleh dimasuki orang-orang bukan
Yahudi menjadi pasar yang licik dan penuh keserakahan. Dan reaksi Yesus
terhadap kondisi itu adalah mengusir keluar dari pelataran luar Bait Allah para
pedagang dan para penukar uang. Tidak ada yang membuat Yesus lebih marah selain
ahli-ahli agama yang justru telah menciptakan penghalang bagi
orang-orang yang ingin datang kepada-Nya. Pernahkah Anda dan saya
melakukan hal ini ? Apakah Anda merasa sulit untuk beribadah bersama seseorang
yang pakaiannya lusuh atau yang riasannya terlalu tebal ? Apakah melindungi
karpet gereja jauh lebih penting dibandingkan menyambut anak-anak?
Tuhan, tolong aku agar tidak menempatkan
penghalang-penghalang yang tidak perlu atas orang-orang yang ingin menemukan
Engkau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar