Rabu, 10 Juli 2013

Renungan Pagi, Rabu 10 Juli 2013

“Dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci  EMPAT PULUH DUA BULAN LAMANYA.’Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, SERIBU DUA RATUS ENAM PULUH HARI LAMANYA” (Wahyu 11:2,3)

Pagi ini saya kembali ke bangku SMU. Ya, saya merasa terlalu tua untuk itu ( saya lulus tahun 1967 ). Ketika salah seorang anak saya bergumul dengan pelajaran aljabar di SMU, dan saat saya melihat buku pelajaran, saya sadari ada permasalahan . Permasalahnnya adalah karena anak saya sudah lebih pintar dalam aljabar dibandingkan saya. Jadi bagaimana Anda bisa menolong seorang anak yang sedang bergumul dengan sebuah mata pelajaran padahal di tahu lebih banyak tentang itu dibandingkan Anda ?

Pelajarannya menarik. Kekuatan menambah dan mengalikan. Kekuatan bilangan negatif dan bilangan nol. Mata pelajaran ini mengandung sesuatu yang menarik, sekalipun sukar untuk dipelajari sebagian orang. Tapi apakah matematika itu? Hanya semacam bentuk permainan intelektual yang membangun ? Atau apakah itu jendela untuk melihat realita lebih  mendalam tentang  alam semesta yang telah ada bahkan sebelum kita menemukannya?

John Polkinghome beragumen bahwa pakar-pakar matematika adalah penemu, bukannya pencipta. Lewat matematika mereka menjelajahi suatu realita yang memang telah ada. Misalnya, bilangan prima ( bilangan-bilangan yang hanya dapat dibagi oleh bilangan itu sendiri dan 1, yaitu 2,3,5,7,11,13,dan seterusnya), sudah “ada” sejak semula, bahkan sebelum kita mengamati keberadaannya.Menurut Polkinghome, bilangan prima merupakan bagian dari struktur mendasar alam semesta, berada lebih mendalam melewati kenyataan fisikalnya. Dengan kata lain, alam semesta lebih dari sekadar objek yang bisa kita tangani dan amati. Menurut riset, prinsip-prinsip mendasar seperti matematika, kebenaran, dan keindahan memiliki realita melebihi apa yang umat manusia amati dan nyatakan. Tetapi seandainya pakar-pakar matematika itu benar, mengapa tidak mungkin bahwa ada Allah yang sanggup melebihi segala yang dapat diobservasi dan diteliti oleh para ilmuwan ?

Wawasan Polkinghome ini menarik saat Anda menyadari bahwa pewahyuan Allah di dalam Wahyu ini penuh dengan bilangan dua di antaranya terlihat dalam ayat di antaranya terlihat dalam ayat di atas. Empat puluh dua bulan, 1260 hari, 5 bulan, 10 hari, serta satu masa, dua masa, dan setengah masa, mewakili cara-cara yang unik dan tidak lazim untuk menggambarkan suatu rentang waktu. Kita mengamati  kumpulan orang banyak berjumlah 144.000 hingga 200 juta. Tambahan lagi, kita mendapati penggunaan bilangan dasar, seperti 3,4,7,10,12, dan 24. Jika di pahami dengan benar, Kitab Wahyu beserta alam ini  menjadi  saksi kepada Allah yang sama, Allah yang teratur di tengah-tengah kekacuan, Allah yang sama, Allah yang teratur di tengah-tengah kekacauan, Allah yang penuh belas kasih dan keadilan, Allah yang mengasihi dan juga murka.

Tuhan, begitu banyak bilangan di dalam Kitab Wahyu. Tolong aku untuk menemukan keteraturan-Mu di tengah-tengah kekacauan pribadiku hari ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar