Kamis, 20 Juni 2013

Renungan Pagi, Kamis 20 Juni 2013

“Dan rupa belalang-belalang itu sama seperti kuda yang disiapkan untuk peperangan, dan di atas kepala mereka ada sesuatu yang menyerupai mahkota emas, dan muka mereka sama seperti muka manusia, dan rambut mereka sama seperti rambut perempuan dan gigi mereka sama seperti gigi singa, dan dada mereka sama seperti baju zirah, dan bunyi sayap mereka bagaikan bunyi kereta-kereta yang ditarik banyak kuda, yang sedang lari ke medan peperangan” (Wahyu 9:7-9).

Sebuah penelitian telah menemukan sasaran atau tujuan teologis yang tidak jelas dalam bagian ayat ini.  Apakah Yohanes seperti menambahkan satu gambaran hanya untuk menegaskan kengerian gambaran keseluruhan.  Pelajaran rohani apakah yang kita dapatkan dari penggambaran yang mengerikan seperti ayat di atas ?  Apakah peran dan maksud malapetaka dalam perjalanan keseharian kita bersama Dia ?

Biasanya pikiran kita akan kembali kepada Allah dan Firman-Nya ketika bencana melanda.  Pencipta itu telah membentuk kita sebagai manusia.  Oleh karena itu, Alkitab seperti buku petunjuk untuk sebuah perangkat lunak komputer.  Alkitab menjelaskan asal-usul kita, bagaimana kita dibuat, dan bagaimana kita berfungsi paling baik.  Buku petunjuk terbaik pasti berasal dari orang yang membuatnya.  Demikian halnya megnapa Alkitab sangat penting bagi kita. Dia yang menciptakan kita tahu bagaimana rupa kita dan bagaimana kita harus hidup.

Dosa itu seumpama cacat dalam “perangkat lunak” tubuh dan pikiran kita.  Saat sistem pengoperasian komputer Anda menemukan suatu kesalahan, Anda menelepon Microsoft dan berkata, “Begini, ada masalah dengan Windows saya.”  Tidakkah menyenangkan jkia Anda mendengar, “Saya sangat menyesal mendengarnya.  Saya Bill Gates. Bolehkah saya membantu Anda ?”  Sebagai pemimpin Microsoft, beliau dalam posisi yang sangat bagus untuk memastikan masalah Anda terselesaikan!  Sama seperti perangkat lunak, banyak tangan yang terlibat dalam pembuatan Alkitab.  Tetapi Allah secara pribadi terlibat langsung dalam setiap bagiannya.  Ketika kita mempelajari Alkitab dan berdoa, secara pribadi kita “terhubung” dengan sang Arsitek Agung.

Penghakiman Allah, secara sederhananya menjadi pencari perhatian.  Itu bukan untuk pembalasan dendam, tetapi lebih sebagai panggilan untuk bangun supaya kita dapat menyelaraskan kembali “perangkat lunak” kita seperti awal mulanya dirancang Allah.  Diciptakan oleh Allah, kita berfungsi paling baik pada saat berada dalam hubungan dengan Dia.  Bencana yang paling buruk yang dapat terjadi adalah pada saat kita memalingkan wajah dari Allah dan mencoba melakukan segala sesuatu menggunakan jalan kita sendiri.  Sangkakala adalah malapetaka yang mengingatkan dan membawa hati kita jauh dari malaikat yang lebih besar.

Tuhan, aku berterima kasih ata kehadiran-Mu sementara kami mempelajari ketujuh sangkakala.  Dan Buku Petunjuk Ilahi menjadi pusat pikiranku.

Rabu, 19 Juni 2013

Renungan Pagi, Rabu 19 Juni 2013

“Dan mereka diperkenankan bukan untuk membunuh manusia, melainkan hanya untuk menyiksa mereka lima bulan lamanya, DAN SIKSAAN ITU SEPERTI SIKSAAN KALAJENGKING, APABILA IA MENYENGAT MANUSIA.  Dan pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan MEREKA AKAN INGIN MATI, tetapi maut lari dari mereka” (Wahyu 9:5,6).

Baru-baru ini, saya dan istri saya sedang berada di Australia.  Istri saya menginginkan video untuk model rambut barunya, dan kami memutuskan senang merekamnya sembari menempatkanya di balik semak-semak dan dibawah pohon di mana seekor kookaburra (burung khas Australia) bertengger dengan tenangnya.  Istri saya berpose seperti model, dengan burung kkokaburra di atas kepalanya.  Tiba-tiba saja dia lenyap dari pandangan.  Saya menyangka itu hanya lelucon dan terus memotret.  Tiba-tiba Pamella mulai memekik.  “Semut, semut menggigitku.  Tolong! Singkirkan semut-semut ini!”

Saya tahu kecenderungan istri saya yang suka bergurau di depan kamrea, jadi dengan santai saya menghanpirinya.  Saat mendekati semak-semak, tiba-tiba saya melihat tanah seolah-olah bergerak.  Semut bergerombol di antara semak-semak dan pohon tempat kookaburra bertengger.  Istri saya menaikkan satu kakinya dan dengan panik mengibaskan sepatunya dan kulit kakinya.

“Tolong! Lakukan sesuatu!” Akhirnya saya pun bertindak.  “Menyingkir dari sini! Cepat! Menyingkir dari tempat ini!”

Istri saya berlari sambil saya tarik ke tempat ganti pakaian yang jaraknya kurang lebih 18 meter.  Saat saya membuka celana dan mengibaskannya seperti cambuk, semut-semut berjatuhan  ke lantai dan kami mematikannya dengan penuh dendam.  Setelah menghabisi gerombolan semut itu, kami mengobati bengkak-bengkak di tungkai kanan istri saya.  Dia telah diserang gerombolan semut banteng yang sengatannya panas seperti api.  Setelah diberi perawatan intensif barulah rasa panas di kakinya itu mereda.  Setidaknya, selama beberapa saat, dia mengalami siksaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.  Seandainya, rasa panas itu berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, mungkin dia akan merasa seperti orang-orang yang tersiksa di dalam Wahyu 9.

Pekabaran mendasar ayat hari ini adalah bahwa mereka yang berada dalam kendali Setan mungkin mengira mereka memiliki kemerdekaan sejati, tetapi pada kenyataannya, mereka telah tunduk kepada seorang tiran yang membuat Hitler atau Idi Amin terlihat lemah.  Siksaan sengatan serangga mengilustrasikan bagaimana perbudakan Setan telah menyedot habis sukacita kehidupan hingga bahkan membuat kematian menjadi sesuatu yang menarik.


Tuhan, tolong aku untuk menolak setiap daya tarik dosa.  Semoga aku dapat dengan jelas melihat potensi memperbudak dan menyiksanya, manakala godaan itu datang.

Selasa, 18 Juni 2013

Renungan Pagi, Selasa 18 Juni 2013

“Dan kepadanya mereka dipesankan, supaya mereka jangan MERUSAKKAN rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan HANYA MANUSIA YANG TIDAK MEMAKAI METERAI ALLAH DI DAHINYA” (Wahyu 9:4).

Ketika itu tahun 1944.  Daratan Eropa sedang berjuang di bawah dominasi kekuatan Poros, yang menguasai mulai dari pantai-pantai Perancis hingga dataran rendah sebelah barat Rusia.  Pasukan Sekutu, terutama Amerika Serikat dan Inggris Raya, membangun kekuatan invasi yang luar biasa besar, terpusat di bagian selatan Inggris dengan tentara-tentara dan peralatan perang.  Ribuan kapal dan pesawat terbang tempur berkumpul menjadi satu kumpulan pasukan angkatan udara besar yang siap melakukan serangan.

Di pantai-pantai Perancis, Belgia, dan Belanda, pasukan Jerman bersiap menghadapi serangan besar, mereka tidak tahu di mana serangan akan dilakukan.  Berminggu-minggu dan berbulan-bulan pemboman di sepanjang pantai dilakukan mendahului rencana invasi tersebut.  Kemudian pada tanggal 6 Juni, yang selamanya dikenang sebagai D-day, serangan itu dilakukan.

Salah satu kota kunci Perancis yang ada di jalur pasukan Sekutu adalah Caen.  Museum kota menjelaskan dengan jelas cerita invasi ini dan akibatnya. Para pemboman yang terjadi telah menghancurkan hampir semua bangunan.  Terkecuali gereja-gereja di Kota Caen yang dibangun pada Abad Pertengahan ternyata selamat.  Foto-foto masa perang menjadi bukti bahwa puncak menara kuno masih berdiri di antara reruntuhan.  Tampaknya konstruksi yang baik gereja-gereja kuno ini membuatnya sangat kokoh, sehingga penduduk Caen menjadikannya tempat berlindung ketika malam-malam pemboman terjadi.

Yang luar biasa tentang Wahyu 9:4 adalah bahwa belalang/kalajengking kelihatannya dapat membedakan antara pengikut Yesus yang benar dan mereka yang hanya berpura-pura mengakui kesetiaan.  Meterai melambangkan kehadiran Allah yang hidup bersama umat-Nya (Ef. 4:30; 2 Tim 2:19).

Serangan Setan akan makin nyata di masa-masa sebelum kedatangan Yesus.  Kabar baiknya adalah bahwa mereka yang memiliki karakter yang dibangun kokoh di atas landasan iman kepada Yesus Kristus tidak akan disakiti.  Dalam kekuatan kita sebagai manusia, kita tidak akan dapat melawan Setan.  Tetapi bila memiliki hubungan yang erat dengan Yesus, kita akan dilindungi dari alat-alat Setan yang paling buruk.

Kita membangun dasar kerohanian dengan menghabiskan waktu bersama dengan Tuhan, dalam belajar Firman-Nya, dan dalam doa dan pelayanan kepada orang lain.  Tidak ada cara lain untuk menggunakan waktu kita pada masa akhir seperti saat ini selain selalu bersama dengan Tuhan.

Engkau adalah Pembangun Utama, ya Tuhan.  Kuatkan dasar kerohanianku hari ini, karena tantangan lebih berat akan datang di kemudian hari.

Senin, 17 Juni 2013

Renungan Pagi, Senin 17 Juni 2013

“Dan dari asap itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi dan kepada mereka diberikan kausa sama seperti kuasa KALAJENGKING-KALAJENGKING DI BUMI” (Wahyu 9:3).

Saya baru pernah melihat kalajengking di alam liar.  Saya tinggal di kibutz di pinggiran Kota Yerusalem ketika seekor kalajengking melewati pintu ruang tengah yang terbuka lebar dan merayap di lantai.  Sengatnya yang menakutkan itu tampak melengkung di sepanjang punggungnya.  Sekumpulan orang berkerumun pada jarak yang aman dan mengawasi kelajengking itu terus, dengan ketakutan bertanya-tanya apa yang mesti dilakukan.  Setelah beberapa menit, seorang kolega saya menemukan sebuah gelas lalu menelungkupkan untuk mengurung kalajengking itu di lantai dengan gelas tersebut.  Setelah dia menyelipkan selembar kertas di antara gelas itu dengan lantai, dengan seksama dia berhasil membawa makhluk itu keluar.

Ada kisah tentang seekor katak dan kalajengking yang hendak menyeberang sungai berair deras.  Rintangan itu menjadi masalah bagi si kalajengking daripada si katak.  Jadi si kalajengking memohon kepada si katak agar diizinkan manaiki punggunnya menyeberangi sungai.

“Untuk apa aku menggendongmu ?  Saat kita sudah separuh jalan menyeberangi sungai, engkau akan menyengat aku dan aku akan tenggelam” tuntut si katak, “Untuk apa aku berbuat demikian ?” sanggah si kalajengking.”  Jika engkau tenggelam, begitu pula aku.  Bodoh jika aku menyengatmu.”  Berhasil diyakinkan oleh argument kalajengking, katak pun setuju untuk menyeberangkan si kalajengking.  Di tengah penyeberangan, kalajengking itu menyengat si katak.  Saat keduanya hanyut, si katak pun protes, “Mengapa engkau berbuat demikian?  Bukankah engkau telah berjanji?”  Jawab si kalajengking , “Aku tidak bisa menahannya.  Sudah kebiasaan alamiahku untuk menyengat!”

Sengatan kalajengking sangat menyakitkan yang dapat dialami manusia, rasa sakitnya tak tertahankan hingga beberapa waktu.  Dalam ayat ini, kalajengking mewakili kuasa kegelapan dan kejahatan.  Setan menawarkan kepada manusia peluang-peluang yang menggiurkan. Dia berjanji bahwa jika mereka mau mengikuti dia, mereka akan merasakan kesenangan, kekayaan, dan ketenaran, dan apa pun juga yang mereka inginkan.

Namun demikian, pengikut-pengikutnya segera mendapati bahwa meskipun dia menjanjikan banyak hal, adalah alamiahnya menyiksa orang-orang yang berada dalam pengaruhnya.  Hal-hal menggiurkan yang dia tawarkan, seperti seks terlarang, kekuasaan dan penderitaan.  Dia berusaha menyembunyikan semua itu di balik wajah yang menyenangkan, jadi berjaga-jagalah! Melayani Setan membawa kepada lenyapnya sukacita dan hancurnya masa depan.


Tuhan, tolon bantu aku untuk menyadari bahwa hanya kehidupan bersama Tuhan yang akan membawa kedamaian

Minggu, 16 Juni 2013

Renungan Pagi, Minggu 16 Juni 2013

“Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang JURANG MAUT.  Maka dibukanyalah pintu lobang JURANG MAUT ITU, lalu naiklah asap dari lobang itu bagaikan asap tanur besar, dan matahari dan angkasa menjadi gelap oleh asap lobang itu” (Wahyu 9:1,2).

Bagian kitab Wahyu ini adalah ayat yang paling mengerikan dalam seluruh kitab. Sebuah bintang yang jatuh dari langit menerima anak kunci lubang jurang maut. Dibukanya jurang maut mengakibatkan kegelapan menutupi matahari dan angkasa. Kegelapan itu ternyata adalah belalang-belalang, pengikut-pengikut Apolion (Why. 9:3, 10, 11).

Kita menemukan beberapa persamaan penting dari ayat ini dengan Injil Lukas. Saat seorang laki-laki yang dirasuk Setan berhadapan dengan Yesus, setan-setan tesebut memohon agar Dia tidak memerintahkan agar mereka dikembalikan ke dalam jurang maut (Luk. 8:30,31). Terbukti bahwa jurang maut adalah tempat di mana kuasa Allah memenjarakan setan-setan, tempat yang tidak mereka sukai. Persamaan selanjutnya ada di dalam Lukas 10:17-20. Di sana Yesus melihat Setan jatuh dari langit seperti kilat. Namun demikian, Dia menyatakan bahwa murid-murid-Nya tidak perlu terkejut. Mereka memiliki kuasa untuk menginjak ular dan kalajengking, simbol kuasa musuh. Jaminan keselamatan mereka akan memberi mereka keyakinan penuh untuk menghadapi Setan di dalam nama Yesus.

Salahkan bagi seorang Kristen untuk beribadah di tempat yang pernah digunakan sebagai tempat penyembahan Setan? Apakah salah menggunakan bentuk-bentu musik yang dulu digunakan dalam ritual atau penyembahan kafir? Pertimbangkan dilema yang dihadapi mereka yang pertama-tama menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa yang begitu kental diwarnai pemujaan roh-roh, pepohonan, serta makhluk-makhluk magis lainnya. Para penerjemah itu bergumul mencari cara untuk mengungkapkan kebenaran Kitab Suci yang menginspirasi dan keselamatan , dalam bahasa dan ekspresi yang tlah memenuhi segala aspek bahasa ini. Tetapi para penerjemah tidak berhenti. Dan saya senang mereka tidak berhenti. Bahasa itu adalah Bahasa Inggris.

Kita mungkin merasa terganggu mendengarkan Injil dalam bahasa yang berasal dari sejarah yang ternoda seperti itu. Tapi kita tidak boleh lupa, Allah juga memilih menjelma sebagai manusia, terlepas dari sejarah manusia yang penuh kekafiran, kekacauan, dan penyimpangan. Akan tetapi, ketika Firman itu menjadi manusia, Dia membawa kehidupan dan terang kepada manusia. Ke mana pun Dia pergi, Setan lari. Bukan kehadiran Setan yang mengutuk kehidupan manusia, tetapi ketidakhadiran Kristuslah yang menyebabkannya.

Tuhan, aku memilih untuk memiliki Kristus ke mana pun aku pergi. Semoga kuasa Setan dihancurkan juga dalam kehidupanku.

Sabtu, 15 Juni 2013

Renungan Pagi, Sabat 15 Juni 2013

“Lalu aku melihat : aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring CELAKA, CELAKA, CELAKALAH MEREKA YANG DIAM DI ATAS BUMI oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya’” (Wahyu 8:13).

“Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, kita berhasil menangkapnya,” Paul Bremer menjelaskan kepada para jurnalis di Baghdad, disambut sorak sorai orang-orang Irak yang ada diantara penonton. Tentara Amerika telah menemukan Saddam Hussein di sebuah ruang bawah kecil di sebuah rumah pertanian sejauh 10 mil di sebelah selatan kampungnya, Tikrit.  Saddam adalah orang yang paling diiinginkan dalam daftar buruan yang diterbitkan pemerintah Amerika, tetapi dia tidak dapat ditemukan setelah Baghdad jatuh kebawah penaklukan serangan Amerika tujuh bulan sebelumnya.

Setelah menerima info dari seorang anggota keluarga Saddam, pasukan Amerika segera mengepung daerah itu.  Mereka menemukan orang kuat Irak itu, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan ribu orang selama 24 tahun masa pemerintahannya yang mengerikan, berjongkok “di lubang kecil” di ruang bawah tanah yang kecil itu.  Dalam pertunjukan kekuatan yang terakhir, dia mengumumkan kepada penangkapnya, “Saya, Saddam Hussein, President Irak, dan saya siap untuk bernegosiasi.”  Dengan cerdik seorang tentara Amerika dalam regu pasukan menjawabnya, “Salam dari Presiden George Bush.”

Saddam tampak tak terawat berjanggut hitam dan putih, keluar dari tempat persembunyiaanya “terlihat bingung” dan “tidak dapat berkata apa-apa,” menurut Mayor Jenderal Ramond Odierno.  Tempat Saddam tinggal hanya terdiri dari dua kamar kecil.  Salah satunya adalah ruang tidur yang dipenuhi oleh pakaian, beberapa di antaranya masih baru dan masih dibungkus, tempat yang lainnya adalah sebuah dapur yang dipenuhi air.  Terlepas dari catatan sejarah hidupnya, saya merasakan sedikit simpati kepada laki-laki ini.

Orang-orang Kristen yang menderita di tangan pemimpin pemerintahan yang jahat, jangan pernah merasa iri dengan orang-orang yang menyiksa mereka itu.  Ketujuh sangkakala ditumpahkan kepada “mereka yang hidup di dunia ini,” mereka yang membawa penderitaan kepada umat Allah yang setia seperti yang telah dijelaskan dalam meterai-meterai itu (Why 6:9,10).  Mereka yang telah menyakiti atau membunuh umat Allah yang setia akan ditandai dalam “kitab,” dan jika mereka tidak bertobat, mereka akan menderita seperti dan bahkan lebih hebat daripada orang-orang yang telah mereka sakiti.  Bukan satu gambaran yang menyenangkan! Dan saya rasa, saya lebih baik menghadapi kemarahan manusia daripada murka Allah.


Tuhan, mampukan aku untuk melihat bahwa kekuasaan manusia bersifat sementara, begitu pula penderitaan yang ditimbulkannya.  Tuntun aku untuk percaya bahwa Engkau akan segera membereskan semuanya.

Jumat, 14 Juni 2013

Renungan Pagi, Jumat 14 Juni 2013

“Lalu aku melihat : aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring : ‘CELAKA, CELAKA, CELAKALAH MEREKA YANG DIAM DI ATAS BUMI OLEH KARENA BUNYI SANGKAKALA KETIGA MALAIKAT LAIN, YANG MASIH AKAN MENIUP SANGKAKALANYA’” (Wahyu 8:13).

Kitab Wahyu menandai peranan sangkakala secara lebih jelas dibandingkan yang disadari kebanyakan orang.  Kunci untuk memahaminya adalah Wahyu 6:9-11.  Di sana “di bawah mezbah jiwa-jiwa” berseru, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?”  (ayat 10).  “Mereka yang diam di bumi” adalah orang-orang yang telah tampil lagi  di dalam Wahyu 8:13. Tiga celaka dari sangkakala kelima, keenam, dan ketujuh menimpa  “mereka yang diam di bumi.”  Oleh karena itu, ketujuh sangkakala merupakan penghakiman terhadap mereka yang telah membunuh dan menganiaya umat Allah yang setia.

Wahyu 8:2-6 mengatakan kepada kita bahwa sangkakala berbunyi sebagai tanggapan terhadap doa-doa orang kudus, yang naik seperti dupa dari mezbah (ayat 3, 4).  Apakah doa-doa itu ? Mereka adalah orang-orang kudus yang telah dibunuh (Why. 6:9-11) dan berseru menuntut keadilan.  Saat doa-doa itu tiba di surga bergabung dengan dupa, penghakiman pun dijatuhkan  ke atas bumi (Why. 8:5,6).  Oleh karena itu, ketujuh sangkakala membawa pesan penting bagi mereka yang teraniaya, terabaikan, dan dibunuh karena iman mereka.  Sangkakala-sangkakala itu meyakinkan mereka bahwa Allah secara aktif melawan orang-orang yang telah menindas mereka.

Seorang teman saya adalah seorang professor di sebuah sekolah kedokteran.  Seorang pelayan gereja memohon kepadanya supaya dia meninggalkan pekerjaannya yang mapan itu dan melayani untuk gereja, tinggal di apartemen sederhana milik gereja.  Karena cintanya kepada Yesus, tanpa ragu-ragu dia menerima pekerjaan itu.  Namun satu hari, dia dipecat karena perbedaan pendapat dengan seorang pengurus gereja.  Terpana, sambil termenung dia yang tadinya seorang yang kaya dan berpengaruh di negaranya, kini tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki sumber pendapatan.  Dalam keputusasaan dia pulang ke rumah dan mendapati kunci apartemen gereja telah diganti dan semua benda miliknya telah dilemparkan di pinggir jalan.  Istrinya tampak duduk di bangku sambil menangis tersedu-sedu.  Ketika balas dendam adalah pikiran yang pasti dimiliki oleh kebanyakan orang, teman saya memutuskan untuk membiarkan Allah yang bertindak.  Sangkakala telah meyakinkan kita bahwa Allah menandai ketidakadilan dalam dunia kita dan akan memperbaikinya sesuai dengan waktu-Nya.

Tuhan, terima kasih atas jaminan bahwa segala yang menimpaku penting bagi-Mu.

Kamis, 13 Juni 2013

Renungan Pagi, Kamis 13 Juni 2013

“Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari paanya MENJADI GELAP dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari” (Wahyu 8:12).

Ayat hari ini berbicara tentang kegelapan yang meliputi sebagian tempat, Di mana kegelapan ini memengaruhi beberapa orang di satu sisi, dan memengaruhi yang lainnya di sisi lain.  Hal ini mendeskripsikan kehidupan sehari-hari.  Kegelapan dosa menyentuh beberapa orang lebih daripada yang lain.

Sebuah cerita lucu mengisahkan tentang dua orang terkenal.  Jack Nicklaus adalah salah seorang pemain golf professional sepanjang zaman.  Stevie Wonder adalah seorang penyanyi popular dalam kebutaanya.  Mereka berdua bertemu pada suatu hari, dan Nicklaus sangat terkejut ketika mendengar bahwa ternyata Wonder juga seorang penggemar permainan golf.

“Bagaimanakah Anda bisa bermain golf padahal Anda buta?” Nicklaus bertanya, “Oh, sebenarnya tidak terelalu susah, “jawab Stevie Wonder, “Sebelum saya memukul bola, terlebih dulu asisten saya berjalan sejauh bola yang akan saya pukul dan memanggil saya dari arah jalur pukulan.  Kemudian saya akan berjalan ke arah bola itu dan dia akan pergi ke arah mana bola harus saya pukul kemudian hingga masuk ke lubang.  Dia juga akan memberitahukan saya berapa panjang perangkap dan rintangan air, dan saya akan memukul bola sesuai dengan yang dibutuhkan.”

“Wah, luar biasa!”  Tapi bagaimanakah Anda melakukan pukulan pelan?” kata Nicklaus.  “Oh, itu bagian paling mudah buat saya.  Setelah menjelaskan kemiringan tanah maka asisten saya akan berbaring di dekat lubang yang harus saya tuju.  Lalu saya akan memukul bolanya menuju arah suara asisten saya.  Saya rasa, saya bisa mengalahkan Anda kalau kita bermain bersama.”

“Anda sungguh luar biasa.  Tetapi Anda pasti tidak akan dapat mengalahkan saya.”

“Saya pasti bisa.  Mengapa kita tidak bermain satu ronde hari ini ?” tantang Wonder.  “Saya bisa hari ini, “jawab Nicklaus.  “Kapan kita bertemu?”

“Bagaimana kalau pukul 10 malam?” Jawab Wonder.

Anda pasti tertawa membaca ini.  Golf adalah permainan yang pasti tidak akan dimainkan di malam hari.  Seorang guru saya sering mengatakan, “Di dalam kegelapan, satu mata sangat berharga!” Dalam kegelapan, soerang laki-laki buta memiliki cara melihat yang berbeda dengan orang yang dapat melihat.  Ketika kegelapan dosa menyapu dunia, mereka yang mengikuti Tuhan yang mendapatkan keuntungan.  Karena mereka akan dapat melihat dengan mata rohani mereka. (bnd. Yoh. 9:39-41).


Tuhan, tolong aku untuk tidak membatasi diri pada satu atau dua cara untuk mengenal-Mu.  Kuasai inderaku untuk tangap terhadap sinyal-sinyal yang Engkau ingin kirimkan kepadaku.

Rabu, 12 Juni 2013

Renungan Pagi, Rabu 12 Juni 2013

“Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari BINTANG-BINTANG, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari” (Wahyu 8:12).

Ketika saya berumur 10 tahun, saya menghabiskan dua tahun tabungan saya untuk membeli sebuah teleskop.  Saya berpikir sangat hebat rasanya dapat melihat langit dan hal-hal luar biasa seperti cincin Saturnus, kawah di permukaan bulan, dan bulan-bulan planet Jupiter dan awanya yang berwarna warni.  Tetapi hal terbaik yang pernah saya lihat melalui teleskop saya adalah Belantik (Pleiades).  Walalupun awan berkabut di lingkungan daerah saya di luar kota New York, Belantik benar-benar telah mencengangkan saya.

Banyak orang menganggap Belantik sebagai tujuh saudari.  Bila dilihat dengan mata telanjang, Belantik tampak seperti kumpulan enam atau tujuh titik cahaya.  Tetapi pada teleskop saya, Belantik meluas menjadi sekelompok ratusan bintang yang bercahaya seperti perhiasan.  Bintang-bintang terlihat berwarna kuning, merah, biru dan berbagai macam warna, seperti mahkota kerajaan di istana-istana di Eropa.  Setelah pengalaman ini, saya sangat setuju yang dikatakan pemazmur, “Langit menceritakan kemuliaan Allah” (Mzm. 19:1).  Saat memandang langit melalui teleskop saya, saya menangkap sekilas kebesaran Allah dan bagaimana Dia menyukai hal-hal yang indah.  Bintang-bintang juga menceritakan sifat Allah yang mahabesar, yang tidak terbatas untuk Ayub.  Ketika Ayub ditanya mengapa dia mengalami banyak penderitaan, Allah menunjukkan kepadanya bintang-bintang.  “Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika, dan membuka belenggu bintang Belantik ? Dapatkah Engkau menerbitkan Mintakulburuj pada waktunya, dan memimpin bintang Biduk dengan pengiring pengiringnya ? (Ayb. 38:31-33).

Ayat kita hari ini berbicara tentang sebagian kegelapan yang turun menutupi bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya.  Dalam arti rohani, ini menyoroti suatu masa dalam sejarah saat peristiwa-peristiwa melenyapkan pengetahuan yang sejati tentang Allah.  Seperti halnya sukar untuk membayangkan dunia di mana kita tidak bisa menyaksiakan bintang-bintang lagi, penulis Wahyu dirisaukan oleh pemikiran tentang dunia di mana terang rohani Allah tidak tampak lagi.

Dalam konteks ayat ini kita menemukan Allah yang  terkadang menyembunyikan diri-Nya.  Ketika kita tidak mengaggap serius kehadiran-Nya, ketika tidak mengacuhkan berkat-berkat berlimpah yang Dia berikan bagi kita semua, Dia terkadang menghilangkan diri-Nya dari pandangan kita untuk sesaat.  Dia berharap bahwa kita akan mengingat apa yang telah hilang dan akhirnya menginginkan untuk berjalan kembali bersama-Nya.

Tuhan, jangan sembunyikan diri-Mu dari aku.  Biarlah kemuliaanmu selalu menyelimuti aku.  Aku ingin melihat Engkau sebagai Tuhan.

Selasa, 11 Juni 2013

Renungan Pagi, Selasa 11 Juni 2013

“Lalu melaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan TERPUKULLAH SEPERTIGA DARI MATAHARI DAN SEPERTIGA DARI BULAN DAN SEPERTIGA DARI BINTANG-BINTANG, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari” (Wahyu 8:12).

Malam itu seperti biasa saya dalam perjalanan pulang kerumah.  Ketika saya tiba di tikungan dan memasuki jalan lurus yang menuju ke rumah saya, saya melihat satu pemandangan aneh.  Bulan di langit terlihat penuh di atas kaki langit di depan saya, tetapi tampak seperti seseorang baru saja mengambil satu gigitan besar di sebelah kirinya.

“Mungkinkah itu bulan tiga perempat [saat bulan mulai menyusut setelah fase penuh]?” tanya saya pada istri saya yang ada di mobil bersama saya.  “Kurasa bukan,” katanya. “Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.”  Tidak terpengaruh oleh pendapatnya, saya terus berpikir apakah bulan tiga perempat tampak seperti bulan sabit terbalik, atau apakah bentuknya seperti “bekas digigit” seperti yang saya lihat malam itu.  Sepanjang jalan saya bertanya-tanya dalam hati.  Tetapi sesampainya di rumah, saya melupakannya, sampai 30 menit kemudian saya tiba-tiba teringat lagi pada bulan itu.

“Hei anak-anak!” saya memanggil anak-anak saya yang remaja.  “Kalian harus melihat keluar jendela.  Bulan terlihat seperti tergigit!” Mereka mengikuti saya keluar dari ruang tamu untuk melihat melalui pohon di halaman rumah kami.  Tetapi saya tidak siap dengan apa yang saya lihat kemudian.   Bulan tidak lagi terlihat seperti tergigit.  Yang saya lihat sekarang adalah bulan yang tinggal setengah.  [“Apanya yang istimewa Ayah?”] Apakah bulan dapat berubah bentuk dalam setengah jam ? Saya menggali semua pengetahuan ilmu alam yang ada di kepala saya dan tidak mendapatkan jawabannya.  Kemudian saya memperhatikan bahwa bagian bulan yang gelap berwarna merah redup, melengkapi lingkaran yang penuh.

“Saya tahu!” saya tiba-tiba berteriak.  “Pasti sedang terjadi gerhana bulan.”  Bumi bergerak tepat di antara matahari dan bulan, dan bayangan bumi bergerak melalui bulan.”  Saya melanjutkan melihat sampai bagian putih bulan benar-benar hilang, meninggalkan lingkaran merah yang redup.

Penjelasan paling baik tentang Wahyu 8:12 adalah mungkin sebuah gambar yang di lukis dari gerhana matarahi dan bulan yang pasti diketahui luas pada masa kuno.  Matahari, bulan, dan bintang-bintang melambangkan Firman Allah (Mzm. 16; 119:105), umat Allah (Dan. 12:3), dan hal-hal yang di surga (Dan. 8:10) dalam Perjanjian Lama.  Penolakan terhadap Firman Allah dan jalan-jalan-Nya menghasilkan kegelapan rohani.  Tetapi kegelapan di sini hanya sebagian.  Kita masih memiliki waktu untuk bertobat.

Tuhan, aku ingin hidup dalam cahaya Firman-Mu dan Jalan-Mu.  Tuntun aku agar tidak membuat keputusan-keputusan yang membawa ke dalam kegelapan rohani.

Senin, 10 Juni 2013

Renungan Pagi, Senin 10 Juni 2013

“LALU MALAIKAT YANG KETIGA MENIUP SANGKAKALANYA DAN JATUHLAH DARI LANGIT SEBUAH BINTANG BESAR, MENYALA-NYALA SEPERTI OBOR, DAN IA MENIMPA SEPERTIGA DARI SUNGAI-SUNGAI DAN MATA-MATA AIR.  NAMA BINTANG ITU IALAH APSINTUS.  DAN SEPERTIGA DARI SEMUA AIR MENJADI APSINTUS, DAN BANYAK ORANG MATI KARENA AIR ITU, SEBAB SUDAH MENJADI PAHIT’” (Wahyu 8:10, 11).

Bahasa dari sangkakala ini menggemakan Perjanjian Lama.  Misalnya jatuhnya bintang mengingatkan tentang Lusifer jatuh dari surga di dalam Yesaya 14.  Lusifer, yang mengklaim ingin menjadi seperti Allah, diusir dari surga seperti bintang jatuh dari langit (Why. 8:10).  Kitab Suci sering mengaitkan obor, atau pelita, dengan Firman Allah (Mzm. 119:105); Ams. 6:23).  Namun di sini Yohanes mengaitkan itu dengan sebuah bintang jatuh, jadi itu melambangkan lawan dari kebenaran.  Dengan demikian, kejatuhan itu mewakili kemunduran rohani (Why. 2:5; Ibr. 4:11).  Bintang jatuh itu bersinar seperti Firman Allah, tetapi bukan yang sebenarnya.  Gambaran-gambaran ini sesuai dalam ayat hari ini.  Sungai dan mata air melambangkan minuman rohani.  Sama seperti kita membutuhkan air untuk hidup, demikian juga kita membutuhkan minuman rohani (Roh Kudus-Yoh. 7:37-39; Mzm. 1:3) agar iman kita tetap hidup.

Namun demikian, saat bintang jatuh itu menimpa sungai-sungai dan mata-mata air, hal itu membuat air menjadi pahit.  Orang-orang mencari pemenuhan dari Roh dan kebenaran, tetapi malah sebaliknya, teracuni oleh air yang telah menjadi pahit.  Dalam Perjanjian Lama, apsintus dan kepahitan merupakan symbol yang tetap karena kemurtadan dan penyembahan berhala (Ul. 29:17,18).  Karena air kebenaran telah diracuni, hal yang seharusnya menjadi kehidupan yang menjanjikan berubah menjadi sumber kematian.  Air yang pahit tidak dapat menopang kehidupan (Rat. 3:15,19; Kel. 15:23).

Sangat menjengkelkan ketika membeli program komputer yang mencakup petunjuk penggunannya yang penuh dengan informasi campur aduk.  Petunjuk penggunaan itu mengatakan, “Jika Anda ingin mengerjakan ini, lakukan ini dan ini.”  Tetapi saat Anda melakukan apa yang diperintahkan petunjuk itu, tidak terjadi apa-apa atau komputer menjadi rusak..

Nah, mudah-mudahan itu tidak Anda alami.  Tetapi dalam dunia rohani, hal itu masih sering terjadi.  Orang-orang dihadapkan pada segala jenis informasi palsu mengenai Allah dan kehidupan rohani.  Saat mereka memercayainya, “program computer” rohani mereka mulai tak berfungsi, dan akibatnya sungguh berat.

Tuhan, tolong aku untuk lebih serius dengan apa yang aku yakini.  Aku tidak ingin memiliki iman yang biasa-biasa saja—aku menginginkan iman yang akan bertahan apa pun juga yang terjadi.
percaya kepada-Mu.

Minggu, 09 Juni 2013

Renungan Pagi, Minggu 9 Juni 2013

“Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu SEPERTI GUNUNG BESAR, YANG MENYALA-NYALA OLEH API, DILEMPARKAN KE DALAM LAUT, DAN SEPERTIGA DARI LAUT ITU MENJADI DARAH, dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal” (Wahyu 8:8,9).

Fakta bahwa air berubah menjadi darah mengingatkan kita pada tulah pertama dalam Keluaran (Kel. 7:19-21).  Mengubah Sungai Nil menjadi darah akan menghancurkan kenyamanan dan perekonomian Mesir dalam sekejap.  Kehidupan Mesir zaman dulu maupun sekarang adalah Sungai Nil.

Jika Anda pernah mengunjungi Mesir, Anda akan tahu bahwa negeri itu adalah negeri yang subur dan produktif di sepanjang tepian Sungai Nil, tetapi beberapa mil jauhnya dari sungai tersebut Anda akan mendapati tanah yang paling kering dan tandus.  Setiap kali saya berkesempatan untuk mengunjungi padang-padang pasir Mesir, saya harus minum air beberapa liter sekembalinya dari Nil atau akan sakit kepala yang parah!

Ayat kita hari ini berisikan kutipan yang jelas tentang penghakiman Allah terhadap Babel purba, “Sesungguhnya, Aku menjadi lawanmu, hai gunung pemusnah, demikianlah Firman Tuhan, yang memusnahkan seluruh bumi!  Aku akan mengacungkan tangan-Ku kepadamu, menggulingkan engkau dari bukit batu, dan membuat engkau menjadi gunung api yang telah padam” (Yer. 51:25).  Dalam Yeremia 51, Allah mengumumkan penghakiman atas Babel di karenakan dia telah menindas umat Allah.  Jadi sangkakala kedua memadukan elemen-elemen penghakiman zaman Perjanjian Lama kepada Mesir dan Babel.  Yang menarik adalah kedua negeri ini, dulu maupun sekarang, bertanah datar, kering, serta bergantung pada sungai-sungai besar yang melalui negeri itu.

Tetapi seandainya Babel berlokasi di sebuah lembah sungai yang datar, mengapa ayat ini berbicara tentang sebuah gunung ? Itu adalah referensi simbolik.  Daniel 2 menggambarkan kerajaan Allah dengan istilah gunung yang besar.  Jadi gambaran Yeremia menyatakan bahwa Babel adalah lawan besar terhadap kerajaan Allah yang sejati.  Sangkakala menjanjikan bahwa Allah akan menghancurkan lawan itu di “perairannya” sendiri.

Penghakiman simbolik yang diwakili oleh sangkakala yang kedua mungkin mencerminkan dengan baik keruntuhan Kekaisaran Romawi, suatu peristiwa yang akan terjadi masa depan pada saat Yohanes menulis Kitab Wahyu.  Dari sudut pandang para pembaca pertama, kekaisaran itu tampaknya tak terkalahkan.  Tetapi penglihatan menyakinkan nabi ini bahwa Allah menandai tingkah laku penindas di bumi ini, dan Dia bertindak dalam waktu yang tepat.

Tuhan, yakinkan aku bahwa segala sesuatunya tetap berada dalam kendali-Mu.  Semoga aku tetap sabar menantikan campur tangan-Mu.

Sabtu, 08 Juni 2013

Renungan Pagi, Sabat 8 Juni 2013

“Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah HUJAN ES, DAN API, BERCAMPUR DARAH; DAN SEMUANYA ITU DILEMPARKAN KE BUMI; MAKA TERBAKARLAH SEPERTI DARI BUMI dan sepertiga ari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau” (Wahyu 8:7).

Kalau saja perang nuklir terjadi, berikut adalah saran ke mana kita harus berlindung.  Di utara Taman Nasional Yellowstone, ada sebuah tempat yang disebut Lembah Firdaus.  Pada pemandangan luar biasa di lembah ini, dengan mudah akan ditemukan:  Perlatan ventilasi, pintu-pintu berbentuk kubah di punggung-pungguh bukit, menara pengawas yang dapat berfungsi ganda sebagai kubu senapan mesin.  Salah sebuah tempat perlindungan itu dinamai Bahtera Mark, seperti motel yang tertanam 6 meter di bawah tanah.  Ketika seseorang bertanya kepada pembangunnya, “Mengapa engkau tidak tinggal di sini ?” Dia berkata, “Apakah engkau gila ? Satu-satunya alasan saya akan tinggal di sini, adalah jika situasi mengharuskan saya tinggal di sini.”

Bahtera Mark dipenuhi berbagai perlengkapan dan bahan makanan yang mungkin berguna pada masa pengungsian yang lama.  Selanjutnya teradapat ruang penetralan dan sebuah ruang mesin dengan sejumlah besar  bahan bakar tersimpan di sana.  Tempat perlindungan utama adalah berukuran kira-kira 10 meter lebarnya dan 40 meter panjangnya.  Terdapat tiga lantai dan 40 kamar tidur.  Juga memiliki klinik yang lengkap dan dapur umum yang besar, cukup memberi makan 150 orang, kata pendiri bangunan tersebut.

Tetapi mengapa 150 orang ingin pergi ke bawah tanah selama setahun ? Semuanya diawali pada tahun 1980 ketika ramalan tentang perang nuklir di mulai sebuah kelompok agama lokal yang kontroversial, Gereja Unvirsal dan Triumphant.  Tren membangun tempat perlindungan segera menyebar ke gereja tetangga.  Saat ini daerah memiliki sekitar 30 tempat perlindungan.

Menurut seorang yang kemungkinan besar akan tinggal di tempat itu, “Ketika hal itu telah terjadi, keseimbangan siklus udara akan terganggu.  Arus angin yang keras yang seharusnya tinggal di atas, dapat turun ke permukaan, dan bayangkan, angin dengan kecepatan 490 km per jam akan mengubah keseluruhan hidup kita.”  Di Lembah Firdaus, mereka berpikir bahwa seluruh penduduk Amerika tidak bersiap-siap.

Kebanyakan orang-orang ini adalah orang Kristen yang konservatif, yang memandang sangkakala itu sebagai bencana alam yang akan menimpa seluruh manusia.  Tetapi mereka salah memahami arti ayat ini.  Menurut Wahyu, sangkakala adalah penghakiman Allah kepada mereka yang tidak percaya (Why. 8:3-5; 9:4).  Jadi, jalan terbaik dan paling aman untuk menghadapi penghakiman Allah bukanlah tempat perlindungan di Montana, tetapi penurutan kepada Injil Yesus Kristus.


Tuhan, manakala duniaku “runtuh,” tolong aku untuk selalu percaya kepada-Mu.

Jumat, 07 Juni 2013

Renungan Pagi, Jumat 7 Juni 2013

Lalu MALAIKAT ITU MENGAMBIL PEDUPAAN ITU, MENGISINYA DENGAN API DARI MEZBAH, DAN MELEMPARKANNYA KE BUMI. MAKA MELEDAKLAH BUNYI GURUH, DISERTAI HALILINTAR DAN GEMPA BUMI. Dan ketujuh malaikat yang memegang KETUJUH SANGKAKALA ITU bersiap-siap untuk meniup sangkakala itu” (Wahyu 8:5, 6).

Pada pukul 8 malam di tanggal 30 Oktober 1938, sebagian besar keluarga-keluarga Amerika berkumpul mengelilingi radio mereka mendengarkan program nomor satu di negeri, Edgar Bergen dan rekan bodohnya Charlie McCarthy. Namun di stasiun radio lain, disiarkan acara Mercury Theatre on the Air. Orson Welles mengawali acara dengan ramalan cuaca palsu diikuti musik. Dia menginterupsi musik dengan serangkaian berita singkat mengenai ledakan-ledakan di Planet Mars, diikuti oleh datangnya sebuah silinder aneh tepat di luar Kota Trenton, New Jersey.

Banyak pendengar saluran radio lain beralih ke siaran itu, mereka tertarik pada siaran berita singkat yang agaknya langsung. Acara itu mencakup wawancara palsu dengan kerumunan orang banyak dan sirene polisi di latar belakangnya. Seakan-akan benar-benar terjadi, dilaporkan adanya makhluk-makhluk mengerikan mengobrak-abrik sekitar New Jersey, menewaskan para polisi dan warga sipil. Makhluk angkasa luar dari Mars sedang menyerang semua orang.... Khayalan pendengar mulai menggila. Kepanikan massal menyebar ke seluruh negeri. Acara ini berhasil menipu bahkan para ilmuwan yang terpelajar.

Di Fayetteville, Indiana, keluarga Nickless menjadi khawatir terhadap nyawa mereka. Mereka mengumpulkan anak-anak mereka dan berkendara sejauh satu setengah mil ke rumah Kakek. Kakek Nickless adalah seorang pria kuat yang berpandangan kokoh. Ia pasti tahu apa yang mesti diperbuat. Saat mereka tiba di tempat Kakek, mereka nyaris histeris. Teriak mereka, “Nyalakan radio!” Kakek mendengarkan sebentar lalu mulai tertawa. Ia memberitahu mereka bahwa itu suatu tipuan, itu hanya sebuah acara radio.

“Bagaimanakah Kakek tahu?” teriak mereka. Meraih Alkitabnya, Kakek berkata, “Menurut ini, dunia tidak akan berakhir dengan cara demikian.” Lalu dia mengingatkan mereka tentang Kitab Wahyu dan apa yang bakal terjadi. Setelah beberapa saat, keluarga Nickless menjadi tenang dan kembali ke rumah untuk menidurkan anak-anak. Kakek itu benar.

Hal-hal ganjil telah terjadi dan masih akan terus terjadi di dunia ini. Sangkakala Kitab Wahyu tidak menyembunyikan tanda-tanda bencana. Tetapi Yohanes menulis kitab tersebut bukan untuk menakut-nakuti kita. Sebaliknya, kitab itu memberikan jaminan kepada kita bahwa tidak peduli seburuk apa pun keadaan, pada akhirnya semuanya akan berakhir baik.

Tuhan, tenangkan kekhawatiran dan ketakutanku dengan jaminan dari Firman-Mu.

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 7 Juni 2013



 Pendalaman: 
"Tetapi walaupun demikian sangat gelap ini bukan tanpa pengharapan bagi mereka yang berharap pada Allah. Nabi Hagai dan Zakharia diangkat untuk menghadapi krisis ini. Dalam menggerakkan kesaksian utusan-utusan yang ditunjuk ini mengungkapkan kepada orang banyak penyebab ke­sulitan mereka. Kurangnya kemakmuran jasmani adalah akibat kelalaian me­naruh kepentingan Allah yang nomor satu, kata nabi-nabi itu. Sekiranya orang-orang Israel telah menghormati Allah, sekiranya mereka telah menunjukkan penghormatan dan penghargaan yang layak kepada-Nya, dengan menjadikan pembangunan rumah-Nya sebagai pekerjaan mereka nomor satu, maka mereka akan dapat mendatangkan hadirat dan berkat-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 174.


"Bait suci yang kedua ini tidak dihormati dengan awan kemuliaan Tuhan, tetapi dengan kehadiran yang hidup dari Dia yang di dalam-Nya tinggal kepe­nuhan KeAllahan secara tubuh—yang adalah Allah sendiri yang dinyatakan da­lam daging. "Kerinduan segala bangsa" sebenarnya telah datang ke Bait Suci itu pada waktu Orang dari Nazaret itu mengajar dan menyembuhkan orang sa­kit di serambi suci itu, Dalam kehadiran Kristus, dan hanya dalam hal inilah, kemuliaan bait suci kedua melebihi bait suci yang pertama."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 24,25.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN
1.  Dalam kelas, diskusikan jawabanmu untuk pertanyaan hari Senin tentang kehadiran Kristus di bumi ini. Pikirkanlah pengertian dari bukan hanya kehadiran-Nya tetapi pengorbanan diri-Nya bagi dosa dunia ini. Pikirkan apakah maksud hal ini tentang nilai kita sebagai pribadi. Pikirkan juga, betapa berbedanya pandangan tentang ma­nusia sekarang ini dibandingkan dengan pandangan evolusi yang se­karang menjadi bagian yang umum di Dunia ini.
2.  Yesaya berbicara tentang raja Babylon yang sombong, yang dalam kekuasaannya membuat bangsa-bangsa goncang dan bumi gemetar" (Yes. 14:16,17). Bagaimanakah perbedaan goncangan dari campur ta­ngan Allah sebagaimana digambarkan Hagai pada pasal 2?
3. Israel kuno sering tidak menurut kepada pekabaran yang disampai­kan nabi-nabi Allah. Bersiaplah untuk berbagi dalam kelas, dalam hal apakah umat-umat Allah saat ini menolak pekabaran yang telah Tuhan berikan kepada umat-Nya.
4. Alkitab sangat jelas bait suci kuno dan upacara korbannya telah ke­hilangan nilai, sekali dan untuk semua, setelah kematian Yesus. Apa­kah yang Ibrani 8 dan 9 katakan tentang apa yang telah dilakukan Kristus dan itu dilakukan untuk kita yang kaabah yang mula-mula tidak pernah lakukan?

Kamis, 06 Juni 2013

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa, 6 Juni 2013



CINCIN METERAI  ALLAH

"Pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN Semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel bin Sealtiel, hamba-Ku—demiki­anlah firman TUHAN-—dan akan menjadikan engkau seperti cincin me­terai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman TUHAN semesta alam. (Hag. 2:24, NIV).

Pekabaran terakhir Tuhan kepada Hagai diberikan pada hari yang sama dengan yang sebelumnya dengan maksud untuk melengkapinya (lihat Hag. 2:22,23). Tuhan memperingatkan datangnya kehancuran (dari kerajaan dan bangsa itu pada hari pengadilan Tuhan. Tetapi pada hari yang sama, nabi itu berkata, hamba Tuhan akan menyelesaikan tugas keselamatan yang telah di berikan. Hal ini kita akan pahami sepenuhnya saat itu digenapi, akhirnya dan sepenuhnya, hanya pada saat kedatangan yang kedua dan semua yang terjadi setelah itu.
Para pemimpin politik nasional disatukan di sini dengan raja Israel yang mulia, Raja Daud; dari siapa dia telah lahir. Zerubabel adalah cucu dari raja Yoyakhin dan pewaris yang sah untuk takhta Daud setelah penawanan Babylonia. Dia melayani sebagai gubernur Yehuda di bawah raja Persia, Darius yang Agung, dan pendorong utama dibalik pembangunan kembali bait suci di Ye­rusalem, Yosua adalah imam besar yang juga membantu dalam pembangunan kembali bait suci itu.
Nabi itu berkata bahwa Zerubabel akan menjadi cincin meterai Allah, se­buah benda yang memberikan bukti dari kekuasaan dan kepemilikan. Seperti seorang raja mencap dokumen dengan cincin, Tuhan akan mencap seluruh du­nia dengan pekerjaan hamba-Nya. Walaupun peranan kunci Zerubabel dalam pembangunan bait suci itu tidak pernah diremehkan, dia tidak bisa mengge­napi semua janji yang diberikan Allah kepadanya melalui Hagai. Penulis In­jil mengarahkan kepada pribadi dan pelayanan Yesus Kristus, anak baik Daud maupun Zerubabel, sebagai penggenapan akhir dari semua janji kemesiasan yang ditemukan dalam Alkitab.

Baca Lukas 24:13-27, berfokus khususnya pada kata-kata Kristus ke­pada dua orang laki-laki itu. Pekabaran penting apa yang diberikan ke­pada mereka, dan bagaimanakah kata-kata-Nya itu tunjukkan kepada kita pentingnya memahami nubuatan Perjanjian Lama dan mengapakah itu hingga saat ini sangat bersangkut paut dengan Kristen?